Sabtu, 22 Januari 2011

DOA MENGHADAPI MASALAH YANG SULIT



اَللّْهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلِتَهُ سَهْلَ وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحُزْنَ إِذاَ شِئْتَ سَهْلا

“Ya Allah tidak ada kemudahan kecuali pada sesuatu yang Engkau jadikan mudah dan sesuatu yang sulit dan menyedihkan apabila Engkau kehendaki maka Engkau jadikan mudah”

Selasa, 18 Januari 2011

Mengapa Wanita Mudah Menangis?

eramuslim - Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."
Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis?, Ibu menangis tanpa sebab yang jelas". sang ayah menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"
Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.
Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.
Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapan pun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan".

Jalan Menuju Persatuan

Mendirikan sebuah khilafah (Negara Islam) adalah kewajiban bagi setiap muslim, hanya dengan memberikan bai`at (janji untuk kesetiaan) kepada seorang Khalifah untuk menerapkan hukum Islam yang merupakan kewajiban setiap muslim untuk mematuhinya dimana pun mereka berada (bertempat tinggal). Mendirikan Khilafah adalah fardhu kifayah/kewajiban bersama. Oleh karena itu diperlukan usaha bersama dan setiap muslim diwajibkan bergabung dalam sebuah jama’ah yang berjuang ke arah perwujudan dominasi Islam untuk pencapaian tujuan mereka  dan jama’ah ini harus mengambil langkah dan prinsip yang pasti yang akan memungkinkan mereka dapat mencapai tujuan mereka.

Allah SWT berfirman :

”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah SWT  dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali-Imran, 3:103).

Dan dalam surat Al-Anfaal, Allah SWT berfirman:

 ”Dan taatlah kepada Allah SWT dan Rosulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfaal, 8:46).

Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk bersatu dan tidak tafarruq (bercerai-berai) diantara kita. Nabi Muhammad saw. juga bersabda, diriwayatkan oleh Muslim: ”Allah swt.  memerintahkan kepada kamu untuk bersatu dalam tali (agama) Allah swt.”. Abu Bakar mengatakan tali agama Allah swt. adalah sunnah, dimana hal itu sangat kuat. Dan dalam Tirmidzi hadist no 1758, Nabi Muhammad saw. bersabda:

”Selalu bekerjalah secara berjama’ah dan jangan dikerjakan sendirian, sesungguhnya syaithon bersama orang-orang yang sendirian....”

Kata jama’ah disini menunjuk pada Jama`tul Muslimin (negara Islam). Semua yang disebutkan di atas adalah tugas yang ada pada diri kita. Sejauh ini penyatuan umatlah yang harus diperhatikan dan ini hanya akan terwujud dengan adanya dasar  tauhid yang kuat.

Beberapa organisasi berusaha untuk mewujudkan kesatuan diantara kaum Muslimin di seluruh dunia, jadi tidak hanya berusaha mewujudkan kesatuan di kalangan mereka sendiri tetapi juga berusaha mewujudkan kesatuan umat. Kesatuan umat muslim hanya dapat terwujud jika prinsip dasar secara pasti telah dipegang. Bagaimana caranya kita dapat menyatukan umat dibawah pimpinan seorang Khalifah (pemimpin kaum muslimin yang menerapkan seluruh hukum Islam pada tingkat negara) ? Dan bagaimana kita membawa kesatuan umat ini sehingga akan tercipta jalan untuk mendirikan Khilafah?

 Penyebab Persatuan

 1.   Islam hanyalah satu-satunya pilihan dan sumber rujukan

Kita harus berusaha untuk memasukkan konsep yang menunjukkan bahwa hukum Syari’ah merupakan sumber rujukan atas setiap aktifitas yang kita lakukan pada komunitas muslim. Mereka  harus mempunyai landasan dan acuan berdasarkan pada Al-Qur`an dan Sunnah, yang mengikuti pada  pemahaman para Shahabat, menjadi suatu pemahaman yang mengikat pemahaman semua muslim. Al-Marji’iyyah (sumber rujukan) adalah hal yang sangat mendukung ke Islaman bagi semua Muslim.
   
Bagaimanapun kenyataannya, seorang muslim harus mempunyai acuan yang benar yaitu Al-Qur`an dan As-Sunnah. Suatu hal yang tidak mungkin bagi kita, mempunyai kesepakatan untuk menghilangkan perselisihan di antara orang-orang dengan menyerahkannya pada manusia tanpa mensolusi dengan Islam sebagai rujukan dan mengembalikannya pada marji’ sebagai kriteria. Kita sangat perlu untuk mengenalkan “Standart Islam” (pamahaman Nabi Muhammad saw.  dan Shahabat-Shahabatnya) sebagai rujukan utama bagi umat Islam.
Allah swt. berfirman:

”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasakan keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.(QS. An-Nisaa’, 4:65).

Dan juga dalam firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah SWT dan ta’atilah Rosul-Nya dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah swt. (Al-Qur`an) dan Rosul (Sunnahnya). Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah swt. dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. 4: 65)

Oleh karena itu Allah swt. menyuruh kita untuk memilih dan mengambil keputusan sesuai dengan petunjuk-Nya, yang menunjukkan bahwa kamu adalah orang-orang yang beriman, tetapi jika kamu tidak melakukannya, maka kamu bukanlah dari golongan orang-orang yang beriman. Kebanyakan ulama dari para Tabi’in (generasi kedua) mengatakan bahwa “Ulil Amri” (yang mempunyai wewenang/berkuasa di negara Islam) adalah para ulama. Satu-satunya ulama yang pandai dari generasi tabi’in, yang telah dinyatakan sebagai Ulil Amri/ penguasa di negara Islam adalah Imam Malik dan kemudian dia mengatakan bahwa adanya kekuasaan dikerenakan para ulama.

Memahami sumber hukum Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan pemahaman para Shahabat adalah langkah pertama kearah kesatuan. Mengembalikan hukum Syara’ (peraturan Allah swt.) adalah satu-satunya marji’ atas kaum muslimin untuk diikuti. Salah satu konsekuensi jika tidak menggunakan hukum Islam sebagai acuan dapat dijadikan pelajaran terhadap suatu keadaan yang menyebabkan turunnya wahyu pada surat 4 ayat 65. Ayat ini telah mengabarkan tentang dua orang lelaki yang datang kepada Nabi Muhammad saw. untuk memutuskan perkara dan salah satu dari mereka merasa tidak puas terhadap keputusan Rasullah saw. kemudian mereka pergi ke Abu Bakar ra. untuk mendapatkan alternatif keputusan yang lain. Setelah mendatangi Abu Bakar, mereka  masih tetap tidak merasa puas dan karena itu mereka pergi ke Umar bin Khattab. Umar berkata kepada mereka : ”Mengapa kalian mendatagiku setelah kalian pergi kepada Abu Bakar dan Nabi Muhammad ? Dia kemudian meraih pedangnya dan membunuh salah seorang yang menolak keputusan Rasulullah saw. dan yang satunya melarikan diri dalam keadaan terluka dan Umar mengejarnya. Laki-laki itu pergi kepada Rasulullah saw. dan berkata : ” Umar telah membunuh seorang muslim, nabi Muhammad saw. berkata :”Saya tidak menyangka bahwa dia mempunyai keberanian untuk membunuh seorang hamba Allah swt. (muslim), ” . Kemudian Allah swt. berfirman dalam surat (4: 65) yang menginformasikan kepada Rosul bahwa dia (yang dibunuh) bukanlah seorang hamba Allah swt. (muslim). Umar bin Khattab kemudian mendapat pujian dari Rasulullah saw.

Allah swt. membuat qasam (sumpah) pada manusia yang meyakini marji’ dan terdapat pada surat 4 ayat 115. Allah swt. berfirman :

”Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang–orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya  itu dan kami masukkan ia ke dalam neraka jahannam  dan jahannam itu seburuk-buruk tempat mereka kembali”. (QS. An-Nisaa’, 4:115)

Pada ayat lain Allah swt. memerintahkan kepada kita untuk tidak menentang ajaran Rasulullah saw. dan para Shahabat . Oleh karena itu Allah swt.  berfirman :

”Katakanlah inilah jalan agamaku, aku dan orang–orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah swt. dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang–orang musyrik”. (QS. Yusuf, 12:108).

Kita perlu mengajak umat Islam Untuk kembali pada standart Islam . Untuk mengikuti jalannya Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari jalan para ulama yang haq (benar). Basiroh pada ayat ini diartikan sebagai  fiqh dan ilmu  dan siapakah yang mempunyai pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan ulama’. Seorang da’i tidak perlu untuk menghafal Al-Qur`an dan Sunnah tetapi setidaknya dia harus mempunyai pengetahuan tentang apa yang ia serukan (dakwahkan). Sekarang masyarakat mengatakan bahwa kita tidak memerlukan ulama, meskipun telah meninggikan mereka beberapa derajad lebih daripada yang lainnya. Secara fakta ayat ini berhubungan dengan dakwah kepada Islam  yang ditujukan untuk keyakinan kita sebagaimana akhir dari ayat ini. Mahasuci Allah swt. dan aku tiada termasuk orang–orang musyrik, oleh karena itu dakwah bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi berhubungan dengan  permasalahan aqidah masing-masing manusia sebagaimana berhubungan dengan kewajiban-kewajiban yang lain.

2.   At-Tajarrud (keikhalasan/kesungguhan hati)

Ketika kita menyeru (mendakwahkan) Islam kepada manusia, kita menyeru semata-mata hanya demi Allah swt. bukan untuk kelompok, organisasi atau partai. Kita menginginkan umat untuk membawa pemikiran dan ide-ide Islam . Oleh karena itu kita tidak seharusnya menyeru umat hanya demi kelompok yaitu dengan mengajak mereka untuk bergabung dengan kelompok kita. Yang lebih baik bagi mereka adalah mengemban konsep Islam yang benar daripada ajakan untuk bergabung dengan jama’ah. Konferensi organisasi dalam kancah nasional yang dilakukan untuk mengajak manusia untuk bergabung dengan jama’ah kamu, maka akan menyebabkan perpecahan. Satu-satunya alasan mengapa bergabung dengan jama’ah adalah hanya untuk  menjalankan agama Allah swt. Disamping itu masing-masing kelompok ini mempunyai suatu konsep, metode dan tujuan sendiri-sendiri dan hal ini menyebabkan perpecahan daripada menuju kesatuan. Kamu seharusnya jangan pernah mengajak umat untuk masuk dalam kelompok atau partai. Biarkanlah marji’ (Al-Qur`an dan As-Sunnah) yang menjadi jalan untuk memimpin umat bukan kelompok kamu.

At-Tajarrud akan membawa umat bersama-sama secara ikhlas hanya untuk mencari keridhoan Allah swt. At-Tajarrud akan membawa hasrat kamu dan pendapat kamu yang sesuai dengan Al-Qur`an  dan As-Sunnah. Jadi tidak perlu menyembunyikan identitas kamu sebenarnya, tapi hanya sekedar meyakinkan bahwa ajakan masuk ke kelompok kamu adalah untuk mematuhi syari’ah bukan untuk kepentingan kelompok kamu. Jika poin yang sangat penting ini dilupakan oleh jama’ah-jamah yang ada, hal ini  tidak akan membawa pada persatuan, bahkan yang terjadi adalah mereka akan menyebabkan perpecahan dengan mencoba untuk menunjukkan siapa yang lebih baik di antara mereka.

Seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang berubah ketika dia melihat kebenaran dengan bukti yang lebih kuat, hanya orang-orang yang arogan (keras hati) saja yang tetap pada pendiriannya (pendapat mereka). Jadi jama’ah (organisasi) adalah penting, khususnya yang bertujuan untuk pencarian nusroh (kekuasaan) dengan tujuan utama adalah penegakan agama Allah swt. Dengan begitu orang–orang akan dengan sendirinya memperhatikan kamu yaitu dengan terpengaruhnya mereka terhadap apa yang kamu serukan. Masyarakat secara alamiah akan bergabung ke dalam jama’ah bukan untuk membawa kepentingan mereka, tetapi untuk Islam. Jika orang bertanya siapa sebenarnya dirimu maka kamu harus menjelaskan kepada mereka bahwa kamu berasal dari sebuah jama’ah tetapi sekali lagi poin yang harus diperhatikan adalah memfokuskan pada ajakan kepada agama Allah. Umat harus melihat bahwa kamu datang karena Allah swt. dan berdahwah kepada mereka untuk menjelaskan kewajiban mereka dan tidak hanya ajakan untuk bergabung kepada kelompok kita yang hal itu dapat menghancurkan tajarrud dan juga hal ini akan membebaskan kamu dari kepentingan pribadi.

Kamu tidak dapat menyatukan umat di bawah jama’ah-mu dan juga umat tidak akan membiarkan dirinya diatur oleh kelompok-kelompok khusus. Nabi Muhammad saw. mengutuk orang–orang yang memperjuangkan nasionalisme/paham kebangsaan dan sukuisme/paham kesukuan dalam banyak hadits, seperti hadist : ”Bukan termasuk golonganku orang –orang yang menyeru kepada as-shobiyah (paham kebangsaan)”. Dan Beliau saw. juga bersabda:

” Jika seorang muslim ingin merasakan manisnya iman maka kerjakan tiga hal, yaitu ALLAH swt. dan Rosul-Nya harus ia cintai melebihi apapun....”(Bukhari Muslim).

Dan juga dijelaskan oleh Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda :

”Tidak disebut seorang mu’min diantara kamu sampai saya lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia yang lainnya”.(Muslim dan Bukhari).

 Allah swt. berfirman :

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar mencintai Allah) ikutlah aku, niscaya Allah swt. mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu,”Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Ali Imran, 2:31)

Shahabat  tidak pernah secara personal mengambil pemikiran-pemikiran nasionalisme, kesukuan tersebut, mereka hanya mengambil dari apa yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. dan yang telah diperintahkan Allah swt. atas diri mereka. Jika ada seorang yang alim pemimpin sebuah jama’ah maka dia akan selalu mengoreksi jama’ah  dan membetulkan beberapa kesalahan yang dilakukan oleh anggota-anggota jama’ah-nya.

Pengangkatan seorang pemimpin laki-laki dari golongan orang alim adalah jauh lebih baik daripada pengangkatan 50 atau 1000 orang dari golongan jahil/bodoh yang meskipun mereka dari golongan seorang muslim. Karena mereka akan menegakkam sistem barat dan menetapkan pendidikan kufur, syirik dan bid’ah.

 3. Kita memerlukan visi yang jelas dan pemahaman terhadap realita

Kita seharusnya jangan pernah mengatakan kepada umat ini adalah perang antara kapitalisme dan Islam  atau yang serupa dengan itu, yang sering diucapkan oleh para intelektual. Kita perlu mengenalkan pengertian tentang walaa’ (ikatan antar sesama Muslim) dan baraa’ (perbedaan dengan non muslim) dengan mengatakan bahwa ini adalah Islam dan kafir seperti yang telah Allah swt. sebutkan dalam Al-Qur`an. Demikian juga kita harus menegaskan dan menjelaskan penyebab peperangan antara Islam dan kafir sebagaimana manifestasi penyebab adanya perang salib (antara kaum muslimin dengan orang–orang kristen). Jika umat melaksanakan perbuatan syirik, yang harus kita lakukan pertama kali adalah menjelaskan bahwa itu adalah dosa terbesar dan dosa yang tidak terampuni dan ini adalah manifestasi dari penyerbuan kepada thogut misalnya berhubungan dengan pemerintahan kufur,  manusia sebagai sebagai pembuat hukum  dll. Demikian juga dengan Shirk ul Qubur (perbuatan syirik karena beribadah di kuburan) adalah juga terkatagorikan pada dosa besar, oleh karena itu informasi ini dijelaskan terlebih  dahulu pada umat yaitu dengan menjelaskan bahwa tauhid dapat mencegah dari perbuatan syirik dan kufur, bukan kapitalisme adan sekulerisme. Umat tidak mengetahui bahwa din (agama) seperti kapitalisme dan sekulerisme adalah kufur dan syirik, makanya umat memerlukan pemahaman yang jelas tentang realita tersebut dan visi yang jelas.

Sebagai contoh tentara yang dikirim untuk menguasai tanah-tanah kita dengan tidak meninggalkan tempat tinggal mereka dengan  tujuan untuk menangkap sedikitnya  kurang lebih 100 pejuang Taaliban atau seorang seperti Saddam Husein, lebih jauh mereka mempunyai agenda besar yang tujuannya untuk menghancurkan aktivitas Islam dan untuk mengejar aktivis-aktifis Islam dimana akan lebih banyak lagi ancaman yang hanya disebabkan oleh kelompok kecil atau satu orang manusia. Mereka tidak akan pernah mengirim armada pasukan yang sangat besar yang bergabung dengan koalisi kekufuran seluruh dunia hanya untuk Saddam atau minyaknya. Allah swt. menginformasikan kepada kita bahwa mereka akan datang membunuh muslim-muslim dengan tujuan utama adalah mengeluarkan kita dari agama kita, menghancurkan kekuatan kita dan menangkap para ulama. Mereka mengetahui bahwa jika mereka menghilangkan para ulama mereka akan menghilangkan pemimpin umat dan pimpinan kaum muslimin, dan mereka akan meratakan jalan untuk kebodohan atau mengambil ulama-ulama gadungan untuk memimpin umat. Kalimatut taauhid, Laa ilaaha illallaah harus menjadi pendorong politik, mengajak manusia-manusia untuk melawan thogut dan tidak hanya berdiam diri di rumah. 

Allah swt. berfirman :

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat, 51:56)

dan firman-Nya :

”sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah thoghut itu”. Maka diantara umat itu ada orang –orang yang diberi petunjuk oleh Allah swt. dan  dan adapula diantara  orang –orang yang pasti kesesatan baginya....” (QS. An-Nahl, 19:36).

Oleh karena itu prioritas yang harus dibangun adalah:

   1.

       Menawarkan kepada manusia untuk kembali beribadah pada Allah swt. dan tidak menyembah selain Allah swt. menjauhi thoghut dan syirik dan percaya pada Allah swt.
   2.

      Mengajak manusia untuk mendirikan khilafah, musuh-musuh yang harus diketahui adalah kekufuran bukan kapitalis atau sekuleris. Suatu hal yang sangat tidak mungkin menyeru menusia untuk bekerja mendirikan khilafah tanpa melawan thoghut sebagai langkah pertama.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. bersabda:

”Barangsiapa menyembah Allah swt. saja dan menolak penyembahan pada yang selain-Nya, maka hidupnya akan selamat”. (Muslim).
Menegakkan khilafah adalah fardhu dengan memberikan bai’at setiap individu muslim kepada seorang khilafah. Jadi terdapat Talazum (penyatuan yang tidak dapat dipisahkan) antara khalifah. Jadi kamu tidak akan mendapat yang satu tanpa yang satunya. Jika melihat sejarah Islam, umat selalu memprioritaskan mengangkat khalifah untuk menegakkan peraturan Islam. Ibnu Taimiyah, berkata bahwa masyarakat (orang–orang ) seharusnya mengerti bahwa memelihara urusan umat manusia adalah satu dari kewajiban-kewajiban terbesar dalam agamanya.....”

Terdapat banyak tindakan kejahatan yang ada pada saat ini, akan tetapi tidak ada pedang Islam yang tegak untuk menghentikan kejahatan-kejahatan tersebut seperti yang tidak  terjadi pada masa lalu, saat Islam  yang tegak berdiri untuk menghentikan kejahatan-kejahatan tersebut (saat Islam masih ditegakkan di muka bumi).

4.   Senantiasa Saling Menasehati Sesama Muslim

Seorang muslim seharusnya selalu memberi nasehat antara satu dengan yang lainnya. Saling konsultasi, saling membantu dan saling menasehati akan membawa pada kebersamaan dan Persatuan. Ketika manusia mendapatkan malapetaka atau kerusakan mereka pasti akan membutuhkan bantuan, jika kamu dapat menolong mereka dan mengambil empati mereka, maka mereka akan mendengarkan kamu dan mengambil kamu sebagai kawan dikemudian hari, saat itulah kita arahkan ia kepada standar yang benar yaitu Islam.

Dengan melakukan cara ini, masyarakat akan tahu bahwa kamu perhatian terhadap mereka dan tidak hanya kelompok kamu.  Jika menginginkan persatuan  dari kaum muslimin,  kita harus memberikan nasehat yang baik pada mereka. Salah satu nasehat yang bisa  kita berikan adalah kamu seharusnya jangan pernah pergi ke masyarakat dan memberi tahu mereka bahwa mereka adalah orang yang menyimpang dan kamu adalah orang yang terbaik atau kamu adalah seorang pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan orang yang lainnya telah menyimpang. Jangan pernah membuat orang merasa rendah diri dan merasa sakit hati karena hal ini akan memperlengkap kehancuran mereka. Kita harus lebih sadar apa yang seharusnya kita lakukan. Sebagai awalnya buat mereka berpikir dan menyadari tugas mereka, beritahu mereka standar Islam dan menunjukkan pada mereka kekuatan kita adalah satu kekuatan, Islam musuhnya kafir. Para Da’i harus mempunyai kearifan sebagaimana Shahabat.Ibn Abbas ra. Yang berkata pada khawarij : “Mungkinkah Allah swt. meridhoi kamu, jika kamu salah”, mereka tidak pernah berbuat takfir (mengkafirkan) kepada mereka atau menyebut mereka adalah orang-orang yang menyimpang  dimanapun mereka  berada. Para Shahabat mengetahui bagaimana cara memberi nasehat pada orang dengan perkataan terbaiknya, menghindari untuk menampakkan banyak pesan yang picik pada orang-orang.

5.    Menyeru Islam secara Keseluruhan
Jangan pernah membatasi seruan kamu hanya pada satu aspek dari Islam saja misalnya kamu hanya menyerukan sholat, khilafah, pernikahan, dll.  Kamu tidak akan pernah bisa mendirikan khilafah jika ajaran kita digadaikan atau seperti mengasuransikan mobil kamu, mengikuti Islam hanya jika sesuai dengan kamu, menyerukan Islam sebagai jalan hidup bukan hanya untuk penegakan khilafah atau untuk aktivitas sholat saja. Nabi Muhammad saw. mengajarkan kepada Shahabat–Shahabat-nya keseluruhan agama ini (Islam).

Allah swt. berfirman  dalam Al-Qur`an :

”Apa yang diberikan Rosul padamu maka terimalah dia dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah swt., sesungguhnya Allah swt. sangat keras hukuman-Nya”. (QS. Al-Hasyr, 59:7).

Oleh karena itu kita harus mengambil peraturan agama Islam secara keseluruhan seperti yang Allah swt. perintahkan kepada kita untuk mengambil apa saja yang Rasulullah Muhammad saw. berikan kepada kita, dan dia tidak hanya menerangkan kepada kita tentang khilafah atau tentang sholat.

Jika kamu hanya menghubungkan tauhid dengan ibadah (aktivitas ritual) seperti yang dilakukan oleh Talafies (kelompok Salafy di Saudi) maka kamu akan menjadi kelompok sekuler atau individu yang sekuler. Beberapa orang yang tekun hanya berbicara tentang tazkiyah, tauhid, jihad atau bahasan khilafah. Padahal kita tidak akan mencapai persatuan yang mengisolasi syariah atau memisahkan Islam kedalam politik dan spiritual (agama). Mereka adalah satu kesatuan dan tidak akan dapat dipisahkan.

Syaithon akan mendatangi kamu dari segala penjuru sampai batas mana yang akan membuat kamu sibuk dengan apa yang mereka rekomendasikan  dan membuat kamu lupa akan kewajiban kamu agar dia akan meyakinkan kamu untuk meninggalkan sunnah masnun (seperti memelihara jenggot) dan membuat kamu sibuk dengan cara menyeru orang kepada Islam atau mendirikan sebuah khilafah. Allah swt. meminta kita untuk tidak seperti orang kristen yang mengambil sebagian dan menolak sebagian : 

”Dan diantara orang –orang  yang mengatakan,” Sesungguhnya kami orang–orang nasrani”, ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya.....” (QS. Al Maidah, 5 : 14).

 6.   Menyeru orang kepada Tauhid, walaa’ dan Baraa’ (aspek persaudaraan)

Kita harus memasukkan konsep Islam tentang persatuan di antara kaum muslimin (yaitu bahwa semua orang muslim adalah bersaudara) dan persaudaraan diantara orang kafir (yaitu bahwa orang-orang adalah satu saudara satu dengan yang lain). Menumbuhkan kecintaan di antara orang–orang yang beriman dan kebencian terhadap orang kafir yang akan membawa rasa persatuan dan akan menciptakan sikap optimisme dalam diri umat Islam terhadap orang kafir (bahwa kedudukan mereka yaitu orang –orang mukmin lebih tinggi dari orang–orang kafir ). Penyeruan pada kesatuan harus disertai dengan Al- walaa’ wal baraa’ dengan dukungan, cinta dan kesetiaan terhadap Allah swt., Islam dan kaum muslimin. Contoh yang sempurna dapat kita lihat ketika Sheik Usamah bin Laden membangkitkan umat muslim dengan mendeklarasikan rasa kebencian dan dendam di antara kaum muslim dengan orang –orang kafir. Semoga Allah swt. melindunginya.

7.   Menyeru orang-orang untuk jihad

Jihad adalah perintah yang utama dan jalan yang utama untuk menebarkan Islam dan menyatukan dunia di bawah kepemimpinan Islam. Tujuan jihad adalah untuk menghancurkan semua bentuk kemungkaran, kekufuran, syirik, bid’ah dan hawaa’ dengan menghilangkan rezim kufur yang telah mendeklarasikan perang melawan Allah swt. Sejarah telah membuktikan bahwa jihad telah dijadikan sebagai metode untuk menyebarkan Islam sebagai menifestasi politik luar negeri negara Islam. Jihad adalah kewajiban atas semua kaum muslimin dan kita harus berhubungan dengan komunitas umat muslim di seluruh dunia untuk menegakkan jihad melawan para peserta perang salib. Allah swt. berfirman :

”Perangilah orang-orang yang tidak beriman pada Allah swt. dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah swt. dan Rosul-Nya dan tidak beragama demi agama yang benar (agama Allah swt.), (yaitu orang-orang ) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (QS.At-Taubah (9) : 29).

Kaum muslimin harus mengerti bekerja untuk menegakkan syari’ah adalah kewajiban besar yang berada di pundak mereka. Ini adalah jalan untuk Persatuan  dan jalan menuju surga. Perhatian penting yang harus ditekankan bukan menyeru pada jama’ah mu tetapi kepada Islam dan jangan pernah meremehkan orang. Jika organisasi-organisasi Islam dan para da’i memegang poin yang telah disebutkan di atas, Insya Allah tahapan menuju persatuan akan segera terwujud tidak akan lama lagi. Amin.
Takbiir....!!!
Jalan Menuju Persatuan


Mendirikan sebuah khilafah (Negara Islam) adalah kewajiban bagi setiap muslim, hanya dengan memberikan bai`at (janji untuk kesetiaan) kepada seorang Khalifah untuk menerapkan hukum Islam yang merupakan kewajiban setiap muslim untuk mematuhinya dimana pun mereka berada (bertempat tinggal). Mendirikan Khilafah adalah fardhu kifayah/kewajiban bersama. Oleh karena itu diperlukan usaha bersama dan setiap muslim diwajibkan bergabung dalam sebuah jama’ah yang berjuang ke arah perwujudan dominasi Islam untuk pencapaian tujuan mereka  dan jama’ah ini harus mengambil langkah dan prinsip yang pasti yang akan memungkinkan mereka dapat mencapai tujuan mereka.

Allah SWT berfirman :

”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah SWT  dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali-Imran, 3:103).

Dan dalam surat Al-Anfaal, Allah SWT berfirman:

 ”Dan taatlah kepada Allah SWT dan Rosulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfaal, 8:46).

Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk bersatu dan tidak tafarruq (bercerai-berai) diantara kita. Nabi Muhammad saw. juga bersabda, diriwayatkan oleh Muslim: ”Allah swt.  memerintahkan kepada kamu untuk bersatu dalam tali (agama) Allah swt.”. Abu Bakar mengatakan tali agama Allah swt. adalah sunnah, dimana hal itu sangat kuat. Dan dalam Tirmidzi hadist no 1758, Nabi Muhammad saw. bersabda:

”Selalu bekerjalah secara berjama’ah dan jangan dikerjakan sendirian, sesungguhnya syaithon bersama orang-orang yang sendirian....”

Kata jama’ah disini menunjuk pada Jama`tul Muslimin (negara Islam). Semua yang disebutkan di atas adalah tugas yang ada pada diri kita. Sejauh ini penyatuan umatlah yang harus diperhatikan dan ini hanya akan terwujud dengan adanya dasar  tauhid yang kuat.

Beberapa organisasi berusaha untuk mewujudkan kesatuan diantara kaum Muslimin di seluruh dunia, jadi tidak hanya berusaha mewujudkan kesatuan di kalangan mereka sendiri tetapi juga berusaha mewujudkan kesatuan umat. Kesatuan umat muslim hanya dapat terwujud jika prinsip dasar secara pasti telah dipegang. Bagaimana caranya kita dapat menyatukan umat dibawah pimpinan seorang Khalifah (pemimpin kaum muslimin yang menerapkan seluruh hukum Islam pada tingkat negara) ? Dan bagaimana kita membawa kesatuan umat ini sehingga akan tercipta jalan untuk mendirikan Khilafah?

 Penyebab Persatuan

 1.   Islam hanyalah satu-satunya pilihan dan sumber rujukan

Kita harus berusaha untuk memasukkan konsep yang menunjukkan bahwa hukum Syari’ah merupakan sumber rujukan atas setiap aktifitas yang kita lakukan pada komunitas muslim. Mereka  harus mempunyai landasan dan acuan berdasarkan pada Al-Qur`an dan Sunnah, yang mengikuti pada  pemahaman para Shahabat, menjadi suatu pemahaman yang mengikat pemahaman semua muslim. Al-Marji’iyyah (sumber rujukan) adalah hal yang sangat mendukung ke Islaman bagi semua Muslim.
   
Bagaimanapun kenyataannya, seorang muslim harus mempunyai acuan yang benar yaitu Al-Qur`an dan As-Sunnah. Suatu hal yang tidak mungkin bagi kita, mempunyai kesepakatan untuk menghilangkan perselisihan di antara orang-orang dengan menyerahkannya pada manusia tanpa mensolusi dengan Islam sebagai rujukan dan mengembalikannya pada marji’ sebagai kriteria. Kita sangat perlu untuk mengenalkan “Standart Islam” (pamahaman Nabi Muhammad saw.  dan Shahabat-Shahabatnya) sebagai rujukan utama bagi umat Islam.
Allah swt. berfirman:

”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasakan keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.(QS. An-Nisaa’, 4:65).

Dan juga dalam firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah SWT dan ta’atilah Rosul-Nya dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah swt. (Al-Qur`an) dan Rosul (Sunnahnya). Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah swt. dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. 4: 65)

Oleh karena itu Allah swt. menyuruh kita untuk memilih dan mengambil keputusan sesuai dengan petunjuk-Nya, yang menunjukkan bahwa kamu adalah orang-orang yang beriman, tetapi jika kamu tidak melakukannya, maka kamu bukanlah dari golongan orang-orang yang beriman. Kebanyakan ulama dari para Tabi’in (generasi kedua) mengatakan bahwa “Ulil Amri” (yang mempunyai wewenang/berkuasa di negara Islam) adalah para ulama. Satu-satunya ulama yang pandai dari generasi tabi’in, yang telah dinyatakan sebagai Ulil Amri/ penguasa di negara Islam adalah Imam Malik dan kemudian dia mengatakan bahwa adanya kekuasaan dikerenakan para ulama.

Memahami sumber hukum Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan pemahaman para Shahabat adalah langkah pertama kearah kesatuan. Mengembalikan hukum Syara’ (peraturan Allah swt.) adalah satu-satunya marji’ atas kaum muslimin untuk diikuti. Salah satu konsekuensi jika tidak menggunakan hukum Islam sebagai acuan dapat dijadikan pelajaran terhadap suatu keadaan yang menyebabkan turunnya wahyu pada surat 4 ayat 65. Ayat ini telah mengabarkan tentang dua orang lelaki yang datang kepada Nabi Muhammad saw. untuk memutuskan perkara dan salah satu dari mereka merasa tidak puas terhadap keputusan Rasullah saw. kemudian mereka pergi ke Abu Bakar ra. untuk mendapatkan alternatif keputusan yang lain. Setelah mendatangi Abu Bakar, mereka  masih tetap tidak merasa puas dan karena itu mereka pergi ke Umar bin Khattab. Umar berkata kepada mereka : ”Mengapa kalian mendatagiku setelah kalian pergi kepada Abu Bakar dan Nabi Muhammad ? Dia kemudian meraih pedangnya dan membunuh salah seorang yang menolak keputusan Rasulullah saw. dan yang satunya melarikan diri dalam keadaan terluka dan Umar mengejarnya. Laki-laki itu pergi kepada Rasulullah saw. dan berkata : ” Umar telah membunuh seorang muslim, nabi Muhammad saw. berkata :”Saya tidak menyangka bahwa dia mempunyai keberanian untuk membunuh seorang hamba Allah swt. (muslim), ” . Kemudian Allah swt. berfirman dalam surat (4: 65) yang menginformasikan kepada Rosul bahwa dia (yang dibunuh) bukanlah seorang hamba Allah swt. (muslim). Umar bin Khattab kemudian mendapat pujian dari Rasulullah saw.

Allah swt. membuat qasam (sumpah) pada manusia yang meyakini marji’ dan terdapat pada surat 4 ayat 115. Allah swt. berfirman :

”Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang–orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya  itu dan kami masukkan ia ke dalam neraka jahannam  dan jahannam itu seburuk-buruk tempat mereka kembali”. (QS. An-Nisaa’, 4:115)

Pada ayat lain Allah swt. memerintahkan kepada kita untuk tidak menentang ajaran Rasulullah saw. dan para Shahabat . Oleh karena itu Allah swt.  berfirman :

”Katakanlah inilah jalan agamaku, aku dan orang–orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah swt. dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang–orang musyrik”. (QS. Yusuf, 12:108).

Kita perlu mengajak umat Islam Untuk kembali pada standart Islam . Untuk mengikuti jalannya Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari jalan para ulama yang haq (benar). Basiroh pada ayat ini diartikan sebagai  fiqh dan ilmu  dan siapakah yang mempunyai pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan ulama’. Seorang da’i tidak perlu untuk menghafal Al-Qur`an dan Sunnah tetapi setidaknya dia harus mempunyai pengetahuan tentang apa yang ia serukan (dakwahkan). Sekarang masyarakat mengatakan bahwa kita tidak memerlukan ulama, meskipun telah meninggikan mereka beberapa derajad lebih daripada yang lainnya. Secara fakta ayat ini berhubungan dengan dakwah kepada Islam  yang ditujukan untuk keyakinan kita sebagaimana akhir dari ayat ini. Mahasuci Allah swt. dan aku tiada termasuk orang–orang musyrik, oleh karena itu dakwah bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi berhubungan dengan  permasalahan aqidah masing-masing manusia sebagaimana berhubungan dengan kewajiban-kewajiban yang lain.

2.   At-Tajarrud (keikhalasan/kesungguhan hati)

Ketika kita menyeru (mendakwahkan) Islam kepada manusia, kita menyeru semata-mata hanya demi Allah swt. bukan untuk kelompok, organisasi atau partai. Kita menginginkan umat untuk membawa pemikiran dan ide-ide Islam . Oleh karena itu kita tidak seharusnya menyeru umat hanya demi kelompok yaitu dengan mengajak mereka untuk bergabung dengan kelompok kita. Yang lebih baik bagi mereka adalah mengemban konsep Islam yang benar daripada ajakan untuk bergabung dengan jama’ah. Konferensi organisasi dalam kancah nasional yang dilakukan untuk mengajak manusia untuk bergabung dengan jama’ah kamu, maka akan menyebabkan perpecahan. Satu-satunya alasan mengapa bergabung dengan jama’ah adalah hanya untuk  menjalankan agama Allah swt. Disamping itu masing-masing kelompok ini mempunyai suatu konsep, metode dan tujuan sendiri-sendiri dan hal ini menyebabkan perpecahan daripada menuju kesatuan. Kamu seharusnya jangan pernah mengajak umat untuk masuk dalam kelompok atau partai. Biarkanlah marji’ (Al-Qur`an dan As-Sunnah) yang menjadi jalan untuk memimpin umat bukan kelompok kamu.

At-Tajarrud akan membawa umat bersama-sama secara ikhlas hanya untuk mencari keridhoan Allah swt. At-Tajarrud akan membawa hasrat kamu dan pendapat kamu yang sesuai dengan Al-Qur`an  dan As-Sunnah. Jadi tidak perlu menyembunyikan identitas kamu sebenarnya, tapi hanya sekedar meyakinkan bahwa ajakan masuk ke kelompok kamu adalah untuk mematuhi syari’ah bukan untuk kepentingan kelompok kamu. Jika poin yang sangat penting ini dilupakan oleh jama’ah-jamah yang ada, hal ini  tidak akan membawa pada persatuan, bahkan yang terjadi adalah mereka akan menyebabkan perpecahan dengan mencoba untuk menunjukkan siapa yang lebih baik di antara mereka.

Seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang berubah ketika dia melihat kebenaran dengan bukti yang lebih kuat, hanya orang-orang yang arogan (keras hati) saja yang tetap pada pendiriannya (pendapat mereka). Jadi jama’ah (organisasi) adalah penting, khususnya yang bertujuan untuk pencarian nusroh (kekuasaan) dengan tujuan utama adalah penegakan agama Allah swt. Dengan begitu orang–orang akan dengan sendirinya memperhatikan kamu yaitu dengan terpengaruhnya mereka terhadap apa yang kamu serukan. Masyarakat secara alamiah akan bergabung ke dalam jama’ah bukan untuk membawa kepentingan mereka, tetapi untuk Islam. Jika orang bertanya siapa sebenarnya dirimu maka kamu harus menjelaskan kepada mereka bahwa kamu berasal dari sebuah jama’ah tetapi sekali lagi poin yang harus diperhatikan adalah memfokuskan pada ajakan kepada agama Allah. Umat harus melihat bahwa kamu datang karena Allah swt. dan berdahwah kepada mereka untuk menjelaskan kewajiban mereka dan tidak hanya ajakan untuk bergabung kepada kelompok kita yang hal itu dapat menghancurkan tajarrud dan juga hal ini akan membebaskan kamu dari kepentingan pribadi.

Kamu tidak dapat menyatukan umat di bawah jama’ah-mu dan juga umat tidak akan membiarkan dirinya diatur oleh kelompok-kelompok khusus. Nabi Muhammad saw. mengutuk orang–orang yang memperjuangkan nasionalisme/paham kebangsaan dan sukuisme/paham kesukuan dalam banyak hadits, seperti hadist : ”Bukan termasuk golonganku orang –orang yang menyeru kepada as-shobiyah (paham kebangsaan)”. Dan Beliau saw. juga bersabda:

” Jika seorang muslim ingin merasakan manisnya iman maka kerjakan tiga hal, yaitu ALLAH swt. dan Rosul-Nya harus ia cintai melebihi apapun....”(Bukhari Muslim).

Dan juga dijelaskan oleh Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda :

”Tidak disebut seorang mu’min diantara kamu sampai saya lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia yang lainnya”.(Muslim dan Bukhari).

 Allah swt. berfirman :

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar mencintai Allah) ikutlah aku, niscaya Allah swt. mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu,”Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Ali Imran, 2:31)

Shahabat  tidak pernah secara personal mengambil pemikiran-pemikiran nasionalisme, kesukuan tersebut, mereka hanya mengambil dari apa yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. dan yang telah diperintahkan Allah swt. atas diri mereka. Jika ada seorang yang alim pemimpin sebuah jama’ah maka dia akan selalu mengoreksi jama’ah  dan membetulkan beberapa kesalahan yang dilakukan oleh anggota-anggota jama’ah-nya.

Pengangkatan seorang pemimpin laki-laki dari golongan orang alim adalah jauh lebih baik daripada pengangkatan 50 atau 1000 orang dari golongan jahil/bodoh yang meskipun mereka dari golongan seorang muslim. Karena mereka akan menegakkam sistem barat dan menetapkan pendidikan kufur, syirik dan bid’ah.

 3. Kita memerlukan visi yang jelas dan pemahaman terhadap realita

Kita seharusnya jangan pernah mengatakan kepada umat ini adalah perang antara kapitalisme dan Islam  atau yang serupa dengan itu, yang sering diucapkan oleh para intelektual. Kita perlu mengenalkan pengertian tentang walaa’ (ikatan antar sesama Muslim) dan baraa’ (perbedaan dengan non muslim) dengan mengatakan bahwa ini adalah Islam dan kafir seperti yang telah Allah swt. sebutkan dalam Al-Qur`an. Demikian juga kita harus menegaskan dan menjelaskan penyebab peperangan antara Islam dan kafir sebagaimana manifestasi penyebab adanya perang salib (antara kaum muslimin dengan orang–orang kristen). Jika umat melaksanakan perbuatan syirik, yang harus kita lakukan pertama kali adalah menjelaskan bahwa itu adalah dosa terbesar dan dosa yang tidak terampuni dan ini adalah manifestasi dari penyerbuan kepada thogut misalnya berhubungan dengan pemerintahan kufur,  manusia sebagai sebagai pembuat hukum  dll. Demikian juga dengan Shirk ul Qubur (perbuatan syirik karena beribadah di kuburan) adalah juga terkatagorikan pada dosa besar, oleh karena itu informasi ini dijelaskan terlebih  dahulu pada umat yaitu dengan menjelaskan bahwa tauhid dapat mencegah dari perbuatan syirik dan kufur, bukan kapitalisme adan sekulerisme. Umat tidak mengetahui bahwa din (agama) seperti kapitalisme dan sekulerisme adalah kufur dan syirik, makanya umat memerlukan pemahaman yang jelas tentang realita tersebut dan visi yang jelas.

Sebagai contoh tentara yang dikirim untuk menguasai tanah-tanah kita dengan tidak meninggalkan tempat tinggal mereka dengan  tujuan untuk menangkap sedikitnya  kurang lebih 100 pejuang Taaliban atau seorang seperti Saddam Husein, lebih jauh mereka mempunyai agenda besar yang tujuannya untuk menghancurkan aktivitas Islam dan untuk mengejar aktivis-aktifis Islam dimana akan lebih banyak lagi ancaman yang hanya disebabkan oleh kelompok kecil atau satu orang manusia. Mereka tidak akan pernah mengirim armada pasukan yang sangat besar yang bergabung dengan koalisi kekufuran seluruh dunia hanya untuk Saddam atau minyaknya. Allah swt. menginformasikan kepada kita bahwa mereka akan datang membunuh muslim-muslim dengan tujuan utama adalah mengeluarkan kita dari agama kita, menghancurkan kekuatan kita dan menangkap para ulama. Mereka mengetahui bahwa jika mereka menghilangkan para ulama mereka akan menghilangkan pemimpin umat dan pimpinan kaum muslimin, dan mereka akan meratakan jalan untuk kebodohan atau mengambil ulama-ulama gadungan untuk memimpin umat. Kalimatut taauhid, Laa ilaaha illallaah harus menjadi pendorong politik, mengajak manusia-manusia untuk melawan thogut dan tidak hanya berdiam diri di rumah. 

Allah swt. berfirman :

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat, 51:56)

dan firman-Nya :

”sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah thoghut itu”. Maka diantara umat itu ada orang –orang yang diberi petunjuk oleh Allah swt. dan  dan adapula diantara  orang –orang yang pasti kesesatan baginya....” (QS. An-Nahl, 19:36).

Oleh karena itu prioritas yang harus dibangun adalah:

   1.

       Menawarkan kepada manusia untuk kembali beribadah pada Allah swt. dan tidak menyembah selain Allah swt. menjauhi thoghut dan syirik dan percaya pada Allah swt.
   2.

      Mengajak manusia untuk mendirikan khilafah, musuh-musuh yang harus diketahui adalah kekufuran bukan kapitalis atau sekuleris. Suatu hal yang sangat tidak mungkin menyeru menusia untuk bekerja mendirikan khilafah tanpa melawan thoghut sebagai langkah pertama.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. bersabda:

”Barangsiapa menyembah Allah swt. saja dan menolak penyembahan pada yang selain-Nya, maka hidupnya akan selamat”. (Muslim).
Menegakkan khilafah adalah fardhu dengan memberikan bai’at setiap individu muslim kepada seorang khilafah. Jadi terdapat Talazum (penyatuan yang tidak dapat dipisahkan) antara khalifah. Jadi kamu tidak akan mendapat yang satu tanpa yang satunya. Jika melihat sejarah Islam, umat selalu memprioritaskan mengangkat khalifah untuk menegakkan peraturan Islam. Ibnu Taimiyah, berkata bahwa masyarakat (orang–orang ) seharusnya mengerti bahwa memelihara urusan umat manusia adalah satu dari kewajiban-kewajiban terbesar dalam agamanya.....”

Terdapat banyak tindakan kejahatan yang ada pada saat ini, akan tetapi tidak ada pedang Islam yang tegak untuk menghentikan kejahatan-kejahatan tersebut seperti yang tidak  terjadi pada masa lalu, saat Islam  yang tegak berdiri untuk menghentikan kejahatan-kejahatan tersebut (saat Islam masih ditegakkan di muka bumi).

4.   Senantiasa Saling Menasehati Sesama Muslim

Seorang muslim seharusnya selalu memberi nasehat antara satu dengan yang lainnya. Saling konsultasi, saling membantu dan saling menasehati akan membawa pada kebersamaan dan Persatuan. Ketika manusia mendapatkan malapetaka atau kerusakan mereka pasti akan membutuhkan bantuan, jika kamu dapat menolong mereka dan mengambil empati mereka, maka mereka akan mendengarkan kamu dan mengambil kamu sebagai kawan dikemudian hari, saat itulah kita arahkan ia kepada standar yang benar yaitu Islam.

Dengan melakukan cara ini, masyarakat akan tahu bahwa kamu perhatian terhadap mereka dan tidak hanya kelompok kamu.  Jika menginginkan persatuan  dari kaum muslimin,  kita harus memberikan nasehat yang baik pada mereka. Salah satu nasehat yang bisa  kita berikan adalah kamu seharusnya jangan pernah pergi ke masyarakat dan memberi tahu mereka bahwa mereka adalah orang yang menyimpang dan kamu adalah orang yang terbaik atau kamu adalah seorang pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan orang yang lainnya telah menyimpang. Jangan pernah membuat orang merasa rendah diri dan merasa sakit hati karena hal ini akan memperlengkap kehancuran mereka. Kita harus lebih sadar apa yang seharusnya kita lakukan. Sebagai awalnya buat mereka berpikir dan menyadari tugas mereka, beritahu mereka standar Islam dan menunjukkan pada mereka kekuatan kita adalah satu kekuatan, Islam musuhnya kafir. Para Da’i harus mempunyai kearifan sebagaimana Shahabat.Ibn Abbas ra. Yang berkata pada khawarij : “Mungkinkah Allah swt. meridhoi kamu, jika kamu salah”, mereka tidak pernah berbuat takfir (mengkafirkan) kepada mereka atau menyebut mereka adalah orang-orang yang menyimpang  dimanapun mereka  berada. Para Shahabat mengetahui bagaimana cara memberi nasehat pada orang dengan perkataan terbaiknya, menghindari untuk menampakkan banyak pesan yang picik pada orang-orang.

5.    Menyeru Islam secara Keseluruhan
Jangan pernah membatasi seruan kamu hanya pada satu aspek dari Islam saja misalnya kamu hanya menyerukan sholat, khilafah, pernikahan, dll.  Kamu tidak akan pernah bisa mendirikan khilafah jika ajaran kita digadaikan atau seperti mengasuransikan mobil kamu, mengikuti Islam hanya jika sesuai dengan kamu, menyerukan Islam sebagai jalan hidup bukan hanya untuk penegakan khilafah atau untuk aktivitas sholat saja. Nabi Muhammad saw. mengajarkan kepada Shahabat–Shahabat-nya keseluruhan agama ini (Islam).

Allah swt. berfirman  dalam Al-Qur`an :

”Apa yang diberikan Rosul padamu maka terimalah dia dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah swt., sesungguhnya Allah swt. sangat keras hukuman-Nya”. (QS. Al-Hasyr, 59:7).

Oleh karena itu kita harus mengambil peraturan agama Islam secara keseluruhan seperti yang Allah swt. perintahkan kepada kita untuk mengambil apa saja yang Rasulullah Muhammad saw. berikan kepada kita, dan dia tidak hanya menerangkan kepada kita tentang khilafah atau tentang sholat.

Jika kamu hanya menghubungkan tauhid dengan ibadah (aktivitas ritual) seperti yang dilakukan oleh Talafies (kelompok Salafy di Saudi) maka kamu akan menjadi kelompok sekuler atau individu yang sekuler. Beberapa orang yang tekun hanya berbicara tentang tazkiyah, tauhid, jihad atau bahasan khilafah. Padahal kita tidak akan mencapai persatuan yang mengisolasi syariah atau memisahkan Islam kedalam politik dan spiritual (agama). Mereka adalah satu kesatuan dan tidak akan dapat dipisahkan.

Syaithon akan mendatangi kamu dari segala penjuru sampai batas mana yang akan membuat kamu sibuk dengan apa yang mereka rekomendasikan  dan membuat kamu lupa akan kewajiban kamu agar dia akan meyakinkan kamu untuk meninggalkan sunnah masnun (seperti memelihara jenggot) dan membuat kamu sibuk dengan cara menyeru orang kepada Islam atau mendirikan sebuah khilafah. Allah swt. meminta kita untuk tidak seperti orang kristen yang mengambil sebagian dan menolak sebagian : 

”Dan diantara orang –orang  yang mengatakan,” Sesungguhnya kami orang–orang nasrani”, ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya.....” (QS. Al Maidah, 5 : 14).

 6.   Menyeru orang kepada Tauhid, walaa’ dan Baraa’ (aspek persaudaraan)

Kita harus memasukkan konsep Islam tentang persatuan di antara kaum muslimin (yaitu bahwa semua orang muslim adalah bersaudara) dan persaudaraan diantara orang kafir (yaitu bahwa orang-orang adalah satu saudara satu dengan yang lain). Menumbuhkan kecintaan di antara orang–orang yang beriman dan kebencian terhadap orang kafir yang akan membawa rasa persatuan dan akan menciptakan sikap optimisme dalam diri umat Islam terhadap orang kafir (bahwa kedudukan mereka yaitu orang –orang mukmin lebih tinggi dari orang–orang kafir ). Penyeruan pada kesatuan harus disertai dengan Al- walaa’ wal baraa’ dengan dukungan, cinta dan kesetiaan terhadap Allah swt., Islam dan kaum muslimin. Contoh yang sempurna dapat kita lihat ketika Sheik Usamah bin Laden membangkitkan umat muslim dengan mendeklarasikan rasa kebencian dan dendam di antara kaum muslim dengan orang –orang kafir. Semoga Allah swt. melindunginya.

7.   Menyeru orang-orang untuk jihad

Jihad adalah perintah yang utama dan jalan yang utama untuk menebarkan Islam dan menyatukan dunia di bawah kepemimpinan Islam. Tujuan jihad adalah untuk menghancurkan semua bentuk kemungkaran, kekufuran, syirik, bid’ah dan hawaa’ dengan menghilangkan rezim kufur yang telah mendeklarasikan perang melawan Allah swt. Sejarah telah membuktikan bahwa jihad telah dijadikan sebagai metode untuk menyebarkan Islam sebagai menifestasi politik luar negeri negara Islam. Jihad adalah kewajiban atas semua kaum muslimin dan kita harus berhubungan dengan komunitas umat muslim di seluruh dunia untuk menegakkan jihad melawan para peserta perang salib. Allah swt. berfirman :

”Perangilah orang-orang yang tidak beriman pada Allah swt. dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah swt. dan Rosul-Nya dan tidak beragama demi agama yang benar (agama Allah swt.), (yaitu orang-orang ) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (QS.At-Taubah (9) : 29).

Kaum muslimin harus mengerti bekerja untuk menegakkan syari’ah adalah kewajiban besar yang berada di pundak mereka. Ini adalah jalan untuk Persatuan  dan jalan menuju surga. Perhatian penting yang harus ditekankan bukan menyeru pada jama’ah mu tetapi kepada Islam dan jangan pernah meremehkan orang. Jika organisasi-organisasi Islam dan para da’i memegang poin yang telah disebutkan di atas, Insya Allah tahapan menuju persatuan akan segera terwujud tidak akan lama lagi. Amin.
Takbiir....!!!

PUDARNYA PESONA CLEOPATRA

     Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandungan aku telah
dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal. “Ibunya Raihana adalah teman
karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu,” kata ibu.


“Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk
memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu,” ucap beliau
dengan nada mengiba.
Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti
keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi di
hatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.


Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya
dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu
alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat
khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang
baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan
sama sekali.


Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, “Cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan
Lux lho, asli !” kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut
dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita,
dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas Arab, dan bibir yang merah.
Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku
untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.


Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari
pernikahan datang. Duduk di pelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta,




Pestapun meriah dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa
menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris
dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT
atas baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya!


Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar
karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum
mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku.


***
Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah
kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga
tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama
Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang
lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing.


Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini
muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada
istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain.
Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang
tamu atau ruang kerja. Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia,
pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.


Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang
yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab, “tidak apa-apa koq mbak,
mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga.”


Ada kekagetan yang kutangkap di wajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, “Kenapa Mas
memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa Mas sudah tidak mencintaiku,” tanyanya
dengan guratan wajah yang sedih.




“Wallahu a’lam,” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam
menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau Mas
tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri, kenapa Mas ucapkan akad nikah?”


“Kalau dalam tingkahku melayani Mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa Mas
tidak bilang dan menegurnya, kenapa Mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana
untuk membahagiakan Mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi
pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku di dunia ini,” Raihana mengiba penuh
pasrah.
Aku menangis menitikkan air mata, bukan karena Raihana tetapi karena kepatunganku.
Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang
asing tetapi Raihana tetap melayaniku, menyiapkan segalanya untukku.


***
Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai di rumah habis maghrib, bibirku
pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi.
Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku
dengan khawatir.


“Mas tidak apa-apa,” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air panas
saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih,” lanjutnya. Aku melepas
semua pakaian yang basah. ”Mas airnya sudah siap,” kata Raihana. Aku tak bicara
sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi
Raihana telah berdiri di depan pintu membawa handuk. ”Mas aku buatkan wedang jahe.”
Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.


Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit
pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. “Mas masuk angin. Biasanya kalau
masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” tanya Raihana
sambil menuntunku ke kamar. ”Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang
harus kulakukan untuk membantu Mas”.






“Biasanya dikerokin,” jawabku lirih. “Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana
kerokin,” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang
dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengeroki punggungku dengan sentuhan
tangannya yang halus.
Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau.
Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh
dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan
ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra.


Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan
malam di istananya. “Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku
perkenalkan denganmu,” kata Ratu Cleopatra. “Dia memintaku untuk mencarikannya
seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu.”
Aku mempersiapkan segalanya. Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona
Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di
kursi yang berhias berlian.


Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba “Mas, bangun, sudah jam setengah
empat, mas belum sholat Isya,” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan
perasaan kecewa. “Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum
sholat Isya,” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat
malam.


Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin
tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia
bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.


Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya.
Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol.
Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa




bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.


***
“Mas, nanti sore ada acara aqiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang
termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita
yang dieluk-elukan keluarga tidak datang,” suara lembut Raihana menyadarkan
pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi
onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.


Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. “Maaf..maaf jika
mengganggu Mas, maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan
aku di ruang kerja. “Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!,” panggilku dengan
suara parau tercekak dalam tenggorokan.


“Ya Mas!” sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan
menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia
dipanggil ‘dinda’. Matanya sedikit berbinar. “Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat
bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana
dengan senyum yang kupaksakan.


Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar di
bibirnya. “Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar
dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?” Hana begitu bahagia.


Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun
aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya
memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah
tidak sukanya belum pernah.


Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku
sendiri atas sikap dinginku selama ini. Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan




membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku
mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia
ini.


Acara pengajian dan aqiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa
sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan
keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. “Selamat datang pengantin
baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga!” sambut Yu Imah
disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah
Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis
disebut pasangan ideal.


Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik di
kampusnya dan hafal al-Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu
Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama
lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang
dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.


Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.


Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap
Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan
semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang
suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku
sendiri dibuat pusing dengan sikapku.


Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. “Sudah
satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin
sekali menimang cucu,” kata ibuku. “Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu,
doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku
tergagap dan mengangguk sekenanya.






Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-
pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab
bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi
ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri.
Raihana hamil. Ia semakin manis.


Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba.
Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih
sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku
bertanya, “Mana tanggung jawabmu!” Aku hanya diam dan mendesah sedih. “Entahlah,
betapa sulit aku menemukan cinta,” gumamku.


Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam.
Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan.
Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia ke rumahnya.


Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh
curiga ketika aku harus tetap tinggal di kontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan,
“Mas, untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang
ada di ATM. Aku taruh di bawah bantal, nomor pin-nya sama dengan tanggal pernikahan
kita.”


Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari aku tidak bertemu
dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya
saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku,
karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.


Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang
kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas.
Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas di hati




andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau,
membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku
istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut.


Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan
sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat
subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat
Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.


Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku
mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah
bahasa Arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa Arab dari Mesir. Aku jadi
banyak berbincang dengan beliau tentang Mesir.


Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa Arab
dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup
yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. ”Apakah kamu sudah menikah?” kata Pak
Qalyubi.
“Alhamdulillah, sudah,” jawabku.
“Dengan orang mana?”.
“Orang Jawa.”
“Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang
menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan
pesantren. Istrimu dari pesantren?”.
“Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran”.
“Kau sangat beruntung, tidak sepertiku.”
“Kenapa dengan Bapak?” “Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak
menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang”.
“Bagaimana itu bisa terjadi?.”
“Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan
kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, saya seorang anak tunggal dari




seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Di sana saya
bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya
waktu, tahun pertama saya lulus dengan predikat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi
pelajar dari Indonesia.


Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal
menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak
pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis
secantik itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata
perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil.
Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian
lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.


Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini,
sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al-Azhar yang
hafal al-Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan Yasmin yang
awam pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya
yang tinggi saya berhasil menikahi Yasmin.


Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang
mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S-1 saya kembali ke Medan, saya
minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. Kami langsung membeli
rumah yang cukup mewah di kota Medan.


Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke
Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan
Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir,
tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap
tahun tetapi tiga tahun sekali, Yasmin tidak bisa.


Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah




terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan.
Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai
dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai
masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin
rending, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.


Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada
sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun
yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapi
dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan
sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.


Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan
kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka
menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit.
Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang
bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir.
Waktu di Mesir itulah puncak tragedi yang menyakitkan. “Aku menyesal menikah
dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali
dengan lelaki Mesir.”


Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa
tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman,
dan istrinya sudah meninggal.


Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia
karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang
menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini
Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong.


Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai




dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya
sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang.”


Mendengar cerita Pak Qalyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya
menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa
sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap
dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar
adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan
istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah
menyala di dindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana
kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat
pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.


Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin
membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan
kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah
mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan di bawah
bantal. Di bawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku
terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk
istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan
istriku serong.


Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi, ternyata surat-surat itu adalah
ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian
mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan
nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan
dukanya. Dan ya Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya.
Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.


“Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh di hadapan-Mu. Lakal hamdu ya
Rabb. Telah Kau muliakan hamba dengan al-Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu




yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok ke dalam jurang kenistaan. Ya Rabbi,
curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba,” tulis Raihana.


Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa, “Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh
noda dan dosa kembali datang mengetuk pintu-Mu, melabuhkan derita jiwa ini ke
hadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan
kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan
menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa
kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih
ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi
pada suamiku.


Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya.
Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih
tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan
memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya
karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan
teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak
disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau.”


Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa.
Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang
baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya
yang lembut, tangannya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang
mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angin sejuk yang turun
dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar
berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba
begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat di mata. Aku
tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan
Raihana.




Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes
sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak.
Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu
mertuaku memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis.
“Mana Raihana Bu?”. Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa
sebenarnya yang telah terjadi.
“Raihana..., istrimu....istrimu dan anakmu yang di kandungnya”.
“Ada apa dengan dia?”
“Dia telah tiada.”
“Ibu berkata apa!”
“Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami
membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia
berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama
menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta
maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya”.
Hatiku bergetar hebat. “Kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?”.


“Ketika Raihana di bawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk
menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya
kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana
berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika
Raihana meninggal kami sangat sedih, jadi maafkanlah kami.”


Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta
Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku.
Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa
memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan
telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.


Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru di kuburan pinggir
desa. Di atas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis




disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku
ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua.[]


Potongan dari Novel:
Habiburrahman El Shirazy, Pudarnya Pesona Cleopatra (Novel Psikologi Islam
Pembangun Jiwa)

Kamis, 13 Januari 2011

Muslimah Harapan (Impulsi)




Persismu permata berlian menjadi rebutan pejuang
keutuhan yang tersimpan di balik tabir yang tenang
Keayuan yang terpancar disinar cahaya iman
itulah muslimah harapan muslimah harapan...

Gerak langkahnya yang sopan disulam zikir di ingatan
keyakinan yang mendalam menjadi tangan perjuangan
Jasad hayatnya diserahkan untuk sebuah perjuangan
itulah muslimah haraapan

Muslimah puteri harapan
dikaulah harapan membela Islam yang mulia
muslimah puteri harapan dikaulah cahaya
menjadi lambang Islam yang gemilang...

Puteri harapan serikandi Islam
tetaplah kau dalam perjuangan
menjadi sayap kiri di medan
meneguhkan benteng pertahanan Islam

Gamitan leka duniawi tersungkur jauh di hatimu
kau sematkan kecintaan yang mendalam
terhadap Tuhanmu...jaga untuk suami tersayang
kau didik generasi mendatang
untuk agama tercinta.....