Sebagai umat islam terutama kaum remaja yang selalu berkewajiban melaksanakan segala perintahNya baik yang berupa ibadah ataupun yang berupa muamalah, tak jarang kita merasakan naik turun semangat. Naik turunnya semangat tersebut dipengaruhi oleh keimanan dalam hati yang sering berbolak-balik. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam :
إِنَّمَا سُمِّيَ الْقَلْبُ مِنْ تَقَلُّبِهِ إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيشَةٍ مُعَلَّقَةٍ فِي أَصْلِ شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ
"Hati dinamakan Qalbu karena mudah terombang-ambing (terbolak-balik). Sesungguhnya perumpamaan hati, hanyalah seperti sehelai rambut di atas sebatang pohon yang diombang-ambing oleh angin. [H.R. Ahmad]
Juga sabda beliau dalam riwayat imam Muslim dari sahabat Abdullah bin Amr bin ‘Ash
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاء
"Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta'ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya."
Namun sayangnya, yah nggak bisa dipungkiri seluruhnya sih, apalagi yang namanya remaja kadang kalau lagi semangat memang seakan-akan yang lain nggak ada apa-apanya. Saat semangat ikut ta’lim dan pengajian, dimanapun mendengar ada kegiatan yang berbau islami dan ruhani “kemanapun ana ladeni deh pokoknya, meskipun sampai negeri Cina” (subhanallah, semangat pejuang nasionalis pun kalah tuh…), bahkan sampai-sampai ninggalin kewajiban lain yang mestinya lebih ia utamakan. Tapi kalau lagi males, udah deh, semangat yang tadinya membara bagaikan kobaran api seolah-olah langsung padam tanpa asap. Boro-boro ikut ta’lim, baca Qur’an saja ogah-ogahan,”udah pinter ngapain ikut ta’lim, mendingan dirumah nonton TV”. Astaghfirullah, Inilah yang dimaksud dengan ghuluw dalam ibadah.
Ikhwah fillah…..
Apa sih pengertian ghuluw itu ?
Kata “Ghuluw” adalah kata dari bahasa Arab yang berasal dari kata “ghalaa-yaghluw” yang berarti melampaui batas. Martabat atau kedudukan yang melampaui hak disebut “ghalwun”. Sedangkan ghuluw dalam islam adalah melampaui apa yang telah ditetapkan oleh syari’at baik berupa keyakinan maupun amalan. Makanya perlu kita muhasabah lagi nih, apakah amalan ibadah kita selama ini sedah sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan dalam syar’i. disinilah pentingnya kita mempelajari sunah Rasulullah dan hukum-hukum ibadah yang telah ditetapkan oleh para ulama’.
Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin rahimahullah juga menjelaskan bahwa ghuluw didalam ibadah artinya terlalu bersikap keras. Padahal dengan memandang adanya sedikit saja kekurangan dalam ibadah (yang telah tsabit/ ditetapkan) telah divonis sebagai bentuk kekufuran serta keluar dari ajaran islam. Sebagaiman halnya ghuluw yang dilakukan oleh kelompok khowarij yang berpendapat bahwa seseorang yang telah melakukan salah satu dari dosa-dosa besar berarti ia telah kufur (keluar dari millah), golongan ini juga membolehkan untuk memberontak kepada pemerintah muslim yang adil. Sebagaimana juga kelompok Mu’tazilah berpendapat bahwa seseorang yang melakukan dosa besar ia berada diantara dua keadaan, antara kekufuran dan keimanan.
Sobat muslim semua…..,
Sikap ghuluw menurut Ar Rabi’ ada dua bentuk :
Pertama : Orang yang ghuluw dalam agama sehingga timbul keraguan dan kebencian terhadap agama dengan (menganggap bahwa syariat islam belum sempurna-ed).
Kedua : Orang yang kurang pengamalan dalam melaksanakan syari’at, sehingga mereka mendurhakai perintah Robb mereka. (Jami’ul Bayyan 4/373).
Sobat muslim yang bahagia…. ;-)
Jenis golongan yang pertama tadi, adalah golongan yang sudah keblinger dalam beramal, bersikap ekstrim dan (maaf) sok pinter lah kalo bahasa kasarnya. Sedangkan golongan yang kedua adalah golongan yang meremehkan dan menganggap dirinya tidak butuh kepada Allah ta’ala. Padahal Allah mewajibkan hambaNya untuk beribadah kepadaNya itu bukan karena Allah butuh kepada ibadah tersebut, Allah kan maha kaya ya?. Bahkan justru manusia lah yang tidak memiliki daya dan kekuatan kecuali atas kehendakNya.
Hal-hal yang menyebabkan GHULUW
sobat muslim, ghuluw bukanlah sifat atau tabi’at buruk yang bisa muncul begitu saja pada diri seseorang. Penyakit ghuluw ini dapat menjangkit pada diri seseorang karena ada sebab-sebab lain, diantara sebab-sebab yang harus diwaspadai oleh kita semua adalah :
1. (Jahil) bodoh dari ilmu agama yang benar.
Jangankan hari ini, pada masa yang ulama’nya berada dimana-mana saja sudah banyak fitnah dan kebohongan yang mengatas namakan agama dan sunah rosul. Apalagi hari ini, ilmu agama seolah-olah sudah dianggap sebagai hal yang kuno (bahkan orang-orang yang berpegang dan beramal dengan ilmu yang benar justru dianggap sebagai extrimis, fundamentalis, teroris dan tuduhan-tuduhan miring yang lainnya, ya kan?). adapun orang yang sedikit perhatian dengan amalan ibadahnya, mereka hanya berdalil dengan apa yang telah dilakukan oleh generasi sebelum mereka dengan sikap masa bodoh apakah itu sesuai dengan syari’at atau tidak tanpa mempedulikan dalil-dalil shohihnya. Akhirnya orang-orang yang seperti ini tidak mengerti dan tidak memahami batas-batas syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al Qur’an dan rasulNya dalam as sunah serta oleh para ulama’ dalam ijtihad mereka, sehingga memahami nash-nash yang mereka ketahui dengan pemahaman akal mereka sendiri.
Contohnya ni, dalam masalah rukhsoh. Banyak orang yang memberatkan diri dalam beribadah ketika dalam keadaan sulit, padahal agama islam bukanlah agama yang mempersulit umatnya sedikitpun. Kemudian dalam masalah halal dan haram, banyak diantara manusia yang mengharamkan yang telah dihalalkan Allah dan menghalalkan yang diharamkan Allah disebabkan karena kesombongan dan kebodohan mereka terhadap dalil-dalil yang shohih.
2. Cenderung mengikuti hawa nafsu dan syahwat.
Termasuk didalamnya adalah mengikuti bisikan setan padahal telah jelas disebutkan dalam al Qur’an bahwa setan adalah musuh nyata bagi manusia dan penyesat manusia. Padahal ni ikhwan, sebenere manusia itu diciptakan dalam keadaan jauh lebih sempurna dari setan dan iblis, tapi mengapa kita sering dikalahkan dengan bisikan dan rayuannya? Mestinya kita kan malu ya?.
Fenomena yang banyak kita dapati hari ini, kebanyakan manusia menuhankan hawa nafsunya dari pada mengikuti petunjuk dari ilmu yang mereka dapat. Diantara bentuk sikap-sikap yang mengindikasikan bahwa seseorang mengikuti hawa nafsunya ni ikhwah, seperti :
a. Mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat (samar ma’nanya) dan meninggalkan yang muhkamat (jelas ma’nanya)
b. Berpaling dari kebenaran yang nyata dengan mencari-cari alasan demi membenarkan argumentnya.
c. Mencari-cari alasan dan kemudahan pada hal-hal yang samar tanpa bersandar pada dalil syar’i.
d. Mengikuti syahwat dengan mengatas namakan agama.
e. Tidak adil da tidak konsekwen dalam ucapan, perbuatan, ketaatan dan loyalitas.
maka agar terhindar dari sebab yang ketiga ini, perlu kita perhatikan dan renungi firman Allah dalam surat Shad ayat 26
“…..dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
3. Mengambil dalil dari hadits-hadits dhoif (lemah) dan maudlu’ (palsu)
Ana jadi inget dengan cerita ustadz ana yang pernah didebat seseorang dengan membawakan dalil hadits dho’if, beliau menjelaskan kepada orang tadi bahwa hadits yang jadikan dalil tadi adalah hadits yang statusnya dho’if (lemah periwayatannya). Namun sungguh mengagetkan sekaligus menggelikan, tahu nggak ikhwah orang tadi justru membalas dengan ucapannya “dhoif dhoif kan hadits juga ustadz?” (orang yang ngeyel pikir ana). Ini tidak lebih karena ia ingin membela pendapatnya yang berdasarkan hawa nafsu. Memang si, ada ulama’ hadits yang berpendapat bahwa hadits yang dhoif dapat digunakan dalil dalam fadhoilul a’mal (keutamaan amal) namun itu pun ada syarat-syarat yang mengikat. Meski demikian juga, ada beberapa ulama’ yang mengharamkan berdalil (dalam hukum) dengan hadits dhoif, diantaranya Yahya bin Ma’in, Imam Bukhori, Imam Muslim, Ibnu Hazm dan syeikh Al Albani. Kalo yang dloif aja diharamkan apalagi yang maudlu’?
4. Bertasyabuh dan mengekor pada orang-orang kafir (non muslim)
Bentuk tasyabuh (menyerupai orang-orang kafir dalam hal yang tidak ada nashnya dalam alQur’an dan sunah) dapat kita jumpai dimana-mana pada masa sekarang ini, justru remaja seperti kita inilah yang banyak menjadi korban sekaligus pelakunya. Dapat kita introspeksi sendiri lah bentuk amalan apa aja yang sumber ajarannya mengekor pada tradisi barat dan orang-orang kafir. Tasyabuh terhadapp orang kafir haram hukumnya, disebutkan dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi : “barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia menjadi bagian dari kaum tersebut”
Dampak dari GHULUW
Ikhwatiy fillah…,
Telah kita ketahui bersama bagaiman sikap ghuluw itu (sebagiannya), maka agar kita bisa waspada dan berhati-hati serta menghindarkan diri dari sifat sikap yang tercela ini, perlu kita ketahui diantara dampak-dampak darinya;
1. syirik
Inilah yang paling dikhawatirkan apabila sampai menimpa umat nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, karena memang untuk memberantas kesyirikan inilah para nabi dan rasul diutus kedunia ini.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" [Q.S. An Nahl : 36]
Juga dalam ayat lain Allah mengkhabarkan bahwa syirik adalah dosa besar
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".[Q.S. Luqman:31]
Ikhwaty, kesyirikan ini muncul pada zaman sebelum nabi Nuh. Ketika itu manusia bersikap ghuluw dalam menghormati orang-orang sholih yaitu Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr. Ketika orang-orang sholih ini meninggal, para pengikutnya yang bersikap ghuluw tadi mebuat patung yang mirip dengan mereka (Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr) dalam rangka mengenang kesholihan mereka dan sebagi penyemangat mereka dalam beribadah. Setelah generasi pengikut ini meninggal, maka syetan membisiki para keturunan mereka untuk menyembah patung-patung tersebut. Maka pada generasi berikutnya banyak orang yang beribadah dengan menyembah patung-patung buatan mereka sendiri. Na’udzu billah.
2. Futur
Sikap yang berlebihan dalam beramal (sebenarnya bukan pada perkara ibadah aja sih….) akan mewariskan rasa kebosanan terhadap amalan tersebut, rasa futur (putus asa). Sehingga hal semacam ini sudah disinyalir oleh rasulullah dengan sabdanya :
اكْلَفُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ خَيْرَ الْعَمَلِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
"Beramallah sesuai dengan kemampuan kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik amalan adalah yang paling rutin dikerjakan meskipun sedikit."[H.R. Ahmad & Ibnu Majah]
Percuma saja kan ikhwah, memberatkan diri dengan amalan yang nggak sesuai dengan kemampuan diri?.padahal sahabat yang memiliki semangat luar biasa dalam ibadah saja ketika itu dilarang oleh rasulullah dari berlebihan dalam ibadah. Sebagaimana ketika Rasulullah memasuki masjid dan mendapati ada tali yang terbentang diantara tiang masjid, maka Rasulullah bertanya “tali apa ini?” sahabat yang ada disitu menjawab “ini adalah talinya Zainab (istri beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam), ia berpegang pada tali tersebut apabila ia terkantuk (lelah) dari sholatnya”, tahu nggak ikhwah apa sikap Rasulullah saat itu?, beliau memeritahkan para sahabatnya untuk melepaskan tali tersebut. Juga dengan tiga sahabat yang datang kepada ummil mukmining ibadah menanyakan tentang ibadah Rasulullah, setelah diterangkan bagaimana ibadah rasulullah maka masing-masing dari mereka berpikir bahwa ibadah mereka tidak ada apa-apanya kalo dibanding dengan ibadah rasulullah kemudian berniat untuk sholat malam terus dan nggak tidur, puasa terus dan nggak berbuka dan berdzikir terus dan nggak menikah. Akan tetapi rasulullah melarang keghuluwan mereka tersebut, dengan bersabda “aku adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, sholat dan juga tidur, dan juga menikahi wanita. Maka barang siapa yang membenci sunahku, dia bukan termasuk golonganku.
Dengan semangat beribadah yang berlebihan yang tidak dicontohkan Rasulullah, seseorang akan merasa terbebani dengan ibadah tersebut hingga akhirnya dia merasa capek dan malas beribadah. Na’udzu billahi min dzalik.
3. Sombong
Ikhwah fillah, selanjutnya orang yang ghuluw dalam beribadah akan terkena rayuan syetan untuk masuk kedalam riya’ (memperlihatkan amal baik) sehingga dengan demikian ia akan memiliki kesombongan dengan amal ibadahnya yang ia anggap lebih baik daripada yang lainnya. Padahal orang yang berlebih-lebihan dalam beribadah semacam ini hanya membawa kemusnahan bagi dirinya. Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam : “wahai sekalian manusia, janganlah kalian berbuat ghuluw, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian itu musnah disebabkan sikap ghuluw mereka dalam agama” [H.R. Ibnu Majah]
Juga sabda beliau yang memperingatkan kita dengan ancaman bagi orang yang berlaku sombong. "Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan." [H.R. Muslim]
Renungkan ikhwah, kesombongn yang beratnya biji sawi aja menghalangi kita buat masuk surga, padahal kita bisa membayangkan sendiri lah seberat apakah biji sawi itu (paling juga nggak lebih berat dari biji salak, hehe….)
4. Terjerumus kedalam Bid’ah
Dampak lain yang diakibatkan oleh ghuluw adalah perkara bid’ah, karena orang yang berlaku ghuluw sudah jelas kalo dia melakukan apa yang tidak diajarkan dalam sunah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam baik dengan menambah-nambahi ataupun menguranginya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda : ”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Nah, sekarang dah jelas kan ikhwah, bahwa islam adalah agama yang moderat, tidaklah sulit dan tidak pula menyulitkan serta tidak ada pula paksaan didalamnya. Allah berfirman
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” [Al Baqarah : 185]
Demikian penjelasan tentang ghuluw yang dapat kami posting kali ini, semoga sedikit ilmu dari Allah yang kami miliki ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sebenarnya dalam posting ini kami ingin menyertakan beberapa contoh perbuatan ghuluw yang dapat kita jadikan ibrah, namun sepertinya terlalu panjang lebar. Mungkin cukup kita bahas kembali pada kolom komentar dibawah. Jazzakumullanu khoiron katsiron.
Salam ukhuwah….