Kamis, 31 Maret 2011

MENJAGA PANDANGAN DARI HAL-HAL YANG HARAM


Salah satu Fenomena pelanggaran syariat  yang terjadi pada hari ini adalah keseriusan kaum muslimin dalam menjaga pandangan dari hal-hal yang diharamkan. Bagaimana tidak, justru yang terjadi pada masyarakat kita saat ini orang-orang tanpa merasa bersalah ketika berkumpul berbaur antara pria dan wanita tanpa ada pembatas dan tanpa adanya kebutuhan (hajah) yang mengharuskannya. Belum lagi fenomena dikalangan para kaum hawa yang lalai dari menjaga auratnya, tanpa rasa risih sedikitpun masih banyak diantara mereka yang menyengaja mengenakan pakaian yang tidak layak mereka pakai, dalam artian pakaian yang tidak dapat menutupi aurat mereka. Inilah fitnah besar yang kita dapati pada hari ini, hal ini sebagaimana yang  disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam yang diriwayatkan oleh al Bukhori dan Muslim dari sahabat Usamah bin Zaid :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجّالِ مِنَ النِسَاءِ

“Sepeninggalku, tidaklah aku meninggalkan suatu fitnah yang lebih berbahaya atas kaum lelaki kecuali wanita”
Begitu juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id Al-Khudri  bahwa  Nabi  Muhammad shalallahu  ‘alaihi  wasalam  bersabda :
“Sesungguhnya  dunia  ini  sangat  manis  dan  hijau,  dan  sesungguhnya  Allah menjadikan  kalian  sebagai  pemimpin  di  dalamnya,  maka  takutlah  kepada dunia  ini,  dan  takutlah  kepada  wanita  sebab  fitnah  pertama  yang  terjadi pada kaum Bani Isra’il adalah fitnah wanita”.


Sehingga sudah seyogyanya bagi kaum pria (utamanya) untuk ekstra hati-hati dalam menjaga pandangannya. Terutama terhadap wanita-wanita yang bukan mahrom baginya, jangan sampai mereka mengarahkan pandangannya kepada sesuatu yang telah Allah haramkan baginya. Begitu juga terhadap kaum wanita untuk menjaga pandangannya dari hal yang haram baginya. Karena setiap pandangan dan segala perbuatan akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat nanti. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala :

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [Q.S. Al Isra’ : 36]

Menundukkan pandangan atau yang sering kita sebut dengan istilah ghodhul bashor, merupakan suatu bentuk upaya  dalam menjaga diri dari segala bentuk kemaksiatan. Bagaimana tidak, karena pandangan merupakan awal dari setiap kejadian. Jikalau seseorang mampu menjaga pandangannya, maka insya Allah ia mampu menahan hawa nafsunya dari hal-hal yang diharamkan.

Ibnu Qoyyim mengatakan : Pada umumnya memandang itu merupkan sumber utama terjadinya peristiwa yang menimpa manusia, karena pandangan itu melahirkan bisikan , kemudian bisikan itu melahirkan pemikiran. Dari pemikiran lahirlah syahwat dan dari syahwat lahirlah kehendak. Setlah itu kehendak itu menguat , sehingga menjadi keinginan yang kuat. Dengan demikian keinginan yang kuat tadi pasti melahirkan perbuatanselama tidak ada yang menghalanginya.”

Sesungguhnya pandangan adalah anak  panah iblis yang beracun dan menjadi komandan bagi syahwat. Memandang hal-hal yang diharamkan dapat menimbulkan bisikan-bisikan jahat dan jelek dalam hati. Selanjutnya bisikan-bisikan itu berubah menjadi pemikiran kemudian berubah menjadi syahwat yang merupakan rumah tujuan. Setelah itu ia berubah menjadi kehendak dan keinginan yang kuat, sehingga akhirnya ia pun mesti melakukan hal yang diharamkan tersebut.
Mari bersama kita renungkan hadits berikut :

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنْ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ 
ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ

“Sesungguhnya Allah menetapkan atas manusia bagiannya dari zina yang ia pasti melakukan hal itu, zinanya mata adalah memandang, zinanya lisan adalah berbicara, zinanya nafsu adalah berangan-angan dan keinginan, sedangkan kemaluan membenarakan atau mendustakan semua itu”[H.R. Bukhori dan Muslim]

Betapa buruk predikat yang diberikan kepada orang yang memandang sesuatu yang diharamkan, memang siapa orang yang mau digelari dengan predikat pezina?, tak diragukan lagi, didalam hati orang yang beriman pasti sangat alergi dengan predikat seperti ini.
Hadirin jamaah sholat jum’ah rahiakumullah,
Diantara hal-hal yang dapat mebantu seseorang terhindar dari fitnah yang disebabkan oleh pandangan adalah :

Pertama: Mentadaburi nash-nash Al-Qur’an dan hadits yang memerintahkan seorang mu’min untuk selalu  menjaga pandangan dan mengharamkan pandangan yang bebas.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
 “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. [Q.S. Annuur : 30]
Juga dalam beberapa hadits disebutkan, diantaranya :
Dalam hadits yang diriwayatkan  oleh  Al-Bukhari  dan  Muslim  di  dalam  kitab  shahihnya dari  Ibnu  Abbas  Radhiyallahu ‘anhu  bahwa  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam bersabda, “Telah ditetapkan bagiannya  bagi Anak Adam  dari zina, dia pasti akan  mendapatkannya,  zina  mata  adalah  memandang,  zina  kedua  telinga adalah  mendengar,  zina  lisan  adalah  berbicara,  zina  tangan  adalah memegang, zina kaki adalah melangkah sementara hati menginginkan dan berangan-angan lalu hal tersebut  dibenarkan oleh hati atau didustakannya”.

Kedua : seorang hamba hendaknya menghadirkan didalam dirinya bahwa Allah melihatnya dan mengetahui setiap gerak-geriknya yang tidak diketahui oleh orang lain, sehingga dengan demikian ia memiliki perasaan malu kepadaNya. Alla ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, [Q.S. Qaaf : 16]
Juga firmanNya :

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. [Q.S. Al Mukmin : 19]

Disebutkan pula di  dalam  sebuah  hadits  pilihan  dari  Sa’id  bin  Zaid  bahwa seorang  lelaki  berkata  kepada  Rasulullah shalallahu  ‘alaihi  wasallam: “Berikanlah kepadaku suatu wasiat!”. Rasulullah  shalallahu ‘alaihi  wasallam bersabda,  “Aku  berwasiat  kepadamu  agar  engkau  malu  terhadap  Allah sebagaimana  dirimu  malu  terhadap  seorang  yang  shaleh  di  tengah-tengah kaummu”
Ikhwatiy..., Hal semacam inilah yang sering terjadi di kehidupan manusia, karena kecenderungannya kepada yang nampak (abstrak) saja maka ia lebih merasa takut ketika dilihat oleh orang lain meskipun saat itu ia sadar bahwa Allah mengawasi segala perbuatannya. Na’udzu billah.

Ketiga:  Hendaklah  seorang  hamba  mengingat  akan  kesaksian  matanya terhadap  keburukan dirinya  pada  hari  kiamat.  Allah ta’ala berfirman dalam surat Al Fushilat :20

حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran ،penglihatan dan  kulit  mereka  menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Fushshilat: 20)

Keempat:  Seorang  hamba  harus  menghadirkan  manfaat  dan  buah  dari menundukkan  pandangan. Dan diantara manfaatnya adalah yang disebutkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah sebagai berikut :

a. Menundukkan pandangan adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah.  Di  mana  padanyalah  puncak  kebahagian  seorang  hamba  di dalam  hidupnya  di  dunia  dan  akherat.
b. Menundukan  pandangan  akan  menghalangi  sampainya  sasaran panah beracun yang menembus hatinya dan bisa jadi dengan hal itu dia binasa. Seorang penyair pernah berkata: Banyak pandangan yang menghancurkan hati pemiliknya Seperti membunuhnya panah, padahal dia tanpa busur dan tali.
c. Menundukkan  pandangan  akan  melahirkan  kesenangan  di  dalam hati,  kelapangan  dada  dan  kelezatan  yang  melebihi  kesenangan  yang muncul  akibat  memandang,  hal  itu  terwujud  dengan  meunndukkan musuhnya  dengan  cara  menentang  kehendak  hawa  nafsu.Diriwyatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Abi Qotadah dan  Abi  Dahma  bahwa  Nabi  Muhammad  shalallahu  ‘alaihi  wasallam bersabda,  “Sesungguhnya  tidaklah  engkau  meninggalkan  sesuatu karena Allah kecuali Allah akan menggantikan bagimu dengan sesuatu yang lebih baik darinya”
d. Menundukkan  pandangan  akan  mendatangkan  cahaya  bagi  hati, sebagaimana  melepaskan  pandangan  akan  menyebabkan  kegelapan bagi hati, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan ayat tentang cahaya setelah perintah untuk menundukkan pandangan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
”Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya  Allah,  adalah  seperti  sebuah  lubang  yang  tak  tembus yang  di dalamnya ada pelita besar.” (QS. Al-Nur: 35)

Kelima: Menikah  adalah  obat  yang  paling  manjur  dan  bermanfaat  dalam menanggulangi masalah ini. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah  bin  Mas’ud  Radhiyallahu ‘anhu  bahwa  Nabi  Muhammad shalallahu  ‘alaihi wasallam  bersabda,  “Wahai  sekalian  pemuda,  barangsiapa  diantara  kalian yang  mampu maka  hendaklah dia menikah,  sebab hal itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan”.
Demikianlah diantara hal-hal yang dapat membantu kita terhindar dari fitnah yang ditimbulkan pandangan yang liar. Ikhwatiy, kami tegaskan kembali bahwa Keadaan orang yang memandang sesuatu yang diharamkan itu ibarat orang yang meminum air laut, apakah antum menyaksikan bahwa ia merasa cukup dan puas dengan satu tegukan saja? Jawabannya tentu tidak. Justru ia akan semakin menambah meneguk dan meneguk karena semakin bertambah haus dan perasaannya tidak pernah merasa puas. Keadaan seperti demikian ini menggambarkan keadaan orang yang mengumbar pandangannya karena nafsu seksualnya yang tak pernah merasa puas, namun malah semakin menyala-nyala dan menjadi-jadi. semoga Allah ta’ala memberi kemudahan kepada kita untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta kekuatan untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Amiin ya mustajibassa’ilin.
Salam ukhuwah….,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar