Jalan Menuju Persatuan
Mendirikan sebuah khilafah (Negara Islam) adalah kewajiban bagi setiap muslim, hanya dengan memberikan bai`at (janji untuk kesetiaan) kepada seorang Khalifah untuk menerapkan hukum Islam yang merupakan kewajiban setiap muslim untuk mematuhinya dimana pun mereka berada (bertempat tinggal). Mendirikan Khilafah adalah fardhu kifayah/kewajiban bersama. Oleh karena itu diperlukan usaha bersama dan setiap muslim diwajibkan bergabung dalam sebuah jama’ah yang berjuang ke arah perwujudan dominasi Islam untuk pencapaian tujuan mereka dan jama’ah ini harus mengambil langkah dan prinsip yang pasti yang akan memungkinkan mereka dapat mencapai tujuan mereka.
Allah SWT berfirman :
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah SWT dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali-Imran, 3:103).
Dan dalam surat Al-Anfaal, Allah SWT berfirman:
”Dan taatlah kepada Allah SWT dan Rosulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfaal, 8:46).
Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk bersatu dan tidak tafarruq (bercerai-berai) diantara kita. Nabi Muhammad saw. juga bersabda, diriwayatkan oleh Muslim: ”Allah swt. memerintahkan kepada kamu untuk bersatu dalam tali (agama) Allah swt.”. Abu Bakar mengatakan tali agama Allah swt. adalah sunnah, dimana hal itu sangat kuat. Dan dalam Tirmidzi hadist no 1758, Nabi Muhammad saw. bersabda:
”Selalu bekerjalah secara berjama’ah dan jangan dikerjakan sendirian, sesungguhnya syaithon bersama orang-orang yang sendirian....”
Kata jama’ah disini menunjuk pada Jama`tul Muslimin (negara Islam). Semua yang disebutkan di atas adalah tugas yang ada pada diri kita. Sejauh ini penyatuan umatlah yang harus diperhatikan dan ini hanya akan terwujud dengan adanya dasar tauhid yang kuat.
Beberapa organisasi berusaha untuk mewujudkan kesatuan diantara kaum Muslimin di seluruh dunia, jadi tidak hanya berusaha mewujudkan kesatuan di kalangan mereka sendiri tetapi juga berusaha mewujudkan kesatuan umat. Kesatuan umat muslim hanya dapat terwujud jika prinsip dasar secara pasti telah dipegang. Bagaimana caranya kita dapat menyatukan umat dibawah pimpinan seorang Khalifah (pemimpin kaum muslimin yang menerapkan seluruh hukum Islam pada tingkat negara) ? Dan bagaimana kita membawa kesatuan umat ini sehingga akan tercipta jalan untuk mendirikan Khilafah?
Penyebab Persatuan
1. Islam hanyalah satu-satunya pilihan dan sumber rujukan
Kita harus berusaha untuk memasukkan konsep yang menunjukkan bahwa hukum Syari’ah merupakan sumber rujukan atas setiap aktifitas yang kita lakukan pada komunitas muslim. Mereka harus mempunyai landasan dan acuan berdasarkan pada Al-Qur`an dan Sunnah, yang mengikuti pada pemahaman para Shahabat, menjadi suatu pemahaman yang mengikat pemahaman semua muslim. Al-Marji’iyyah (sumber rujukan) adalah hal yang sangat mendukung ke Islaman bagi semua Muslim.
Bagaimanapun kenyataannya, seorang muslim harus mempunyai acuan yang benar yaitu Al-Qur`an dan As-Sunnah. Suatu hal yang tidak mungkin bagi kita, mempunyai kesepakatan untuk menghilangkan perselisihan di antara orang-orang dengan menyerahkannya pada manusia tanpa mensolusi dengan Islam sebagai rujukan dan mengembalikannya pada marji’ sebagai kriteria. Kita sangat perlu untuk mengenalkan “Standart Islam” (pamahaman Nabi Muhammad saw. dan Shahabat-Shahabatnya) sebagai rujukan utama bagi umat Islam.
Allah swt. berfirman:
”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasakan keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.(QS. An-Nisaa’, 4:65).
Dan juga dalam firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah SWT dan ta’atilah Rosul-Nya dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah swt. (Al-Qur`an) dan Rosul (Sunnahnya). Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah swt. dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. 4: 65)
Oleh karena itu Allah swt. menyuruh kita untuk memilih dan mengambil keputusan sesuai dengan petunjuk-Nya, yang menunjukkan bahwa kamu adalah orang-orang yang beriman, tetapi jika kamu tidak melakukannya, maka kamu bukanlah dari golongan orang-orang yang beriman. Kebanyakan ulama dari para Tabi’in (generasi kedua) mengatakan bahwa “Ulil Amri” (yang mempunyai wewenang/berkuasa di negara Islam) adalah para ulama. Satu-satunya ulama yang pandai dari generasi tabi’in, yang telah dinyatakan sebagai Ulil Amri/ penguasa di negara Islam adalah Imam Malik dan kemudian dia mengatakan bahwa adanya kekuasaan dikerenakan para ulama.
Memahami sumber hukum Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan pemahaman para Shahabat adalah langkah pertama kearah kesatuan. Mengembalikan hukum Syara’ (peraturan Allah swt.) adalah satu-satunya marji’ atas kaum muslimin untuk diikuti. Salah satu konsekuensi jika tidak menggunakan hukum Islam sebagai acuan dapat dijadikan pelajaran terhadap suatu keadaan yang menyebabkan turunnya wahyu pada surat 4 ayat 65. Ayat ini telah mengabarkan tentang dua orang lelaki yang datang kepada Nabi Muhammad saw. untuk memutuskan perkara dan salah satu dari mereka merasa tidak puas terhadap keputusan Rasullah saw. kemudian mereka pergi ke Abu Bakar ra. untuk mendapatkan alternatif keputusan yang lain. Setelah mendatangi Abu Bakar, mereka masih tetap tidak merasa puas dan karena itu mereka pergi ke Umar bin Khattab. Umar berkata kepada mereka : ”Mengapa kalian mendatagiku setelah kalian pergi kepada Abu Bakar dan Nabi Muhammad ? Dia kemudian meraih pedangnya dan membunuh salah seorang yang menolak keputusan Rasulullah saw. dan yang satunya melarikan diri dalam keadaan terluka dan Umar mengejarnya. Laki-laki itu pergi kepada Rasulullah saw. dan berkata : ” Umar telah membunuh seorang muslim, nabi Muhammad saw. berkata :”Saya tidak menyangka bahwa dia mempunyai keberanian untuk membunuh seorang hamba Allah swt. (muslim), ” . Kemudian Allah swt. berfirman dalam surat (4: 65) yang menginformasikan kepada Rosul bahwa dia (yang dibunuh) bukanlah seorang hamba Allah swt. (muslim). Umar bin Khattab kemudian mendapat pujian dari Rasulullah saw.
Allah swt. membuat qasam (sumpah) pada manusia yang meyakini marji’ dan terdapat pada surat 4 ayat 115. Allah swt. berfirman :
”Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang–orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam neraka jahannam dan jahannam itu seburuk-buruk tempat mereka kembali”. (QS. An-Nisaa’, 4:115)
Pada ayat lain Allah swt. memerintahkan kepada kita untuk tidak menentang ajaran Rasulullah saw. dan para Shahabat . Oleh karena itu Allah swt. berfirman :
”Katakanlah inilah jalan agamaku, aku dan orang–orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah swt. dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang–orang musyrik”. (QS. Yusuf, 12:108).
Kita perlu mengajak umat Islam Untuk kembali pada standart Islam . Untuk mengikuti jalannya Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari jalan para ulama yang haq (benar). Basiroh pada ayat ini diartikan sebagai fiqh dan ilmu dan siapakah yang mempunyai pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan ulama’. Seorang da’i tidak perlu untuk menghafal Al-Qur`an dan Sunnah tetapi setidaknya dia harus mempunyai pengetahuan tentang apa yang ia serukan (dakwahkan). Sekarang masyarakat mengatakan bahwa kita tidak memerlukan ulama, meskipun telah meninggikan mereka beberapa derajad lebih daripada yang lainnya. Secara fakta ayat ini berhubungan dengan dakwah kepada Islam yang ditujukan untuk keyakinan kita sebagaimana akhir dari ayat ini. Mahasuci Allah swt. dan aku tiada termasuk orang–orang musyrik, oleh karena itu dakwah bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi berhubungan dengan permasalahan aqidah masing-masing manusia sebagaimana berhubungan dengan kewajiban-kewajiban yang lain.
2. At-Tajarrud (keikhalasan/kesungguhan hati)
Ketika kita menyeru (mendakwahkan) Islam kepada manusia, kita menyeru semata-mata hanya demi Allah swt. bukan untuk kelompok, organisasi atau partai. Kita menginginkan umat untuk membawa pemikiran dan ide-ide Islam . Oleh karena itu kita tidak seharusnya menyeru umat hanya demi kelompok yaitu dengan mengajak mereka untuk bergabung dengan kelompok kita. Yang lebih baik bagi mereka adalah mengemban konsep Islam yang benar daripada ajakan untuk bergabung dengan jama’ah. Konferensi organisasi dalam kancah nasional yang dilakukan untuk mengajak manusia untuk bergabung dengan jama’ah kamu, maka akan menyebabkan perpecahan. Satu-satunya alasan mengapa bergabung dengan jama’ah adalah hanya untuk menjalankan agama Allah swt. Disamping itu masing-masing kelompok ini mempunyai suatu konsep, metode dan tujuan sendiri-sendiri dan hal ini menyebabkan perpecahan daripada menuju kesatuan. Kamu seharusnya jangan pernah mengajak umat untuk masuk dalam kelompok atau partai. Biarkanlah marji’ (Al-Qur`an dan As-Sunnah) yang menjadi jalan untuk memimpin umat bukan kelompok kamu.
At-Tajarrud akan membawa umat bersama-sama secara ikhlas hanya untuk mencari keridhoan Allah swt. At-Tajarrud akan membawa hasrat kamu dan pendapat kamu yang sesuai dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Jadi tidak perlu menyembunyikan identitas kamu sebenarnya, tapi hanya sekedar meyakinkan bahwa ajakan masuk ke kelompok kamu adalah untuk mematuhi syari’ah bukan untuk kepentingan kelompok kamu. Jika poin yang sangat penting ini dilupakan oleh jama’ah-jamah yang ada, hal ini tidak akan membawa pada persatuan, bahkan yang terjadi adalah mereka akan menyebabkan perpecahan dengan mencoba untuk menunjukkan siapa yang lebih baik di antara mereka.
Seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang berubah ketika dia melihat kebenaran dengan bukti yang lebih kuat, hanya orang-orang yang arogan (keras hati) saja yang tetap pada pendiriannya (pendapat mereka). Jadi jama’ah (organisasi) adalah penting, khususnya yang bertujuan untuk pencarian nusroh (kekuasaan) dengan tujuan utama adalah penegakan agama Allah swt. Dengan begitu orang–orang akan dengan sendirinya memperhatikan kamu yaitu dengan terpengaruhnya mereka terhadap apa yang kamu serukan. Masyarakat secara alamiah akan bergabung ke dalam jama’ah bukan untuk membawa kepentingan mereka, tetapi untuk Islam. Jika orang bertanya siapa sebenarnya dirimu maka kamu harus menjelaskan kepada mereka bahwa kamu berasal dari sebuah jama’ah tetapi sekali lagi poin yang harus diperhatikan adalah memfokuskan pada ajakan kepada agama Allah. Umat harus melihat bahwa kamu datang karena Allah swt. dan berdahwah kepada mereka untuk menjelaskan kewajiban mereka dan tidak hanya ajakan untuk bergabung kepada kelompok kita yang hal itu dapat menghancurkan tajarrud dan juga hal ini akan membebaskan kamu dari kepentingan pribadi.
Kamu tidak dapat menyatukan umat di bawah jama’ah-mu dan juga umat tidak akan membiarkan dirinya diatur oleh kelompok-kelompok khusus. Nabi Muhammad saw. mengutuk orang–orang yang memperjuangkan nasionalisme/paham kebangsaan dan sukuisme/paham kesukuan dalam banyak hadits, seperti hadist : ”Bukan termasuk golonganku orang –orang yang menyeru kepada as-shobiyah (paham kebangsaan)”. Dan Beliau saw. juga bersabda:
” Jika seorang muslim ingin merasakan manisnya iman maka kerjakan tiga hal, yaitu ALLAH swt. dan Rosul-Nya harus ia cintai melebihi apapun....”(Bukhari Muslim).
Dan juga dijelaskan oleh Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda :
”Tidak disebut seorang mu’min diantara kamu sampai saya lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia yang lainnya”.(Muslim dan Bukhari).
Allah swt. berfirman :
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar mencintai Allah) ikutlah aku, niscaya Allah swt. mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu,”Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Ali Imran, 2:31)
Shahabat tidak pernah secara personal mengambil pemikiran-pemikiran nasionalisme, kesukuan tersebut, mereka hanya mengambil dari apa yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. dan yang telah diperintahkan Allah swt. atas diri mereka. Jika ada seorang yang alim pemimpin sebuah jama’ah maka dia akan selalu mengoreksi jama’ah dan membetulkan beberapa kesalahan yang dilakukan oleh anggota-anggota jama’ah-nya.
Pengangkatan seorang pemimpin laki-laki dari golongan orang alim adalah jauh lebih baik daripada pengangkatan 50 atau 1000 orang dari golongan jahil/bodoh yang meskipun mereka dari golongan seorang muslim. Karena mereka akan menegakkam sistem barat dan menetapkan pendidikan kufur, syirik dan bid’ah.
3. Kita memerlukan visi yang jelas dan pemahaman terhadap realita
Kita seharusnya jangan pernah mengatakan kepada umat ini adalah perang antara kapitalisme dan Islam atau yang serupa dengan itu, yang sering diucapkan oleh para intelektual. Kita perlu mengenalkan pengertian tentang walaa’ (ikatan antar sesama Muslim) dan baraa’ (perbedaan dengan non muslim) dengan mengatakan bahwa ini adalah Islam dan kafir seperti yang telah Allah swt. sebutkan dalam Al-Qur`an. Demikian juga kita harus menegaskan dan menjelaskan penyebab peperangan antara Islam dan kafir sebagaimana manifestasi penyebab adanya perang salib (antara kaum muslimin dengan orang–orang kristen). Jika umat melaksanakan perbuatan syirik, yang harus kita lakukan pertama kali adalah menjelaskan bahwa itu adalah dosa terbesar dan dosa yang tidak terampuni dan ini adalah manifestasi dari penyerbuan kepada thogut misalnya berhubungan dengan pemerintahan kufur, manusia sebagai sebagai pembuat hukum dll. Demikian juga dengan Shirk ul Qubur (perbuatan syirik karena beribadah di kuburan) adalah juga terkatagorikan pada dosa besar, oleh karena itu informasi ini dijelaskan terlebih dahulu pada umat yaitu dengan menjelaskan bahwa tauhid dapat mencegah dari perbuatan syirik dan kufur, bukan kapitalisme adan sekulerisme. Umat tidak mengetahui bahwa din (agama) seperti kapitalisme dan sekulerisme adalah kufur dan syirik, makanya umat memerlukan pemahaman yang jelas tentang realita tersebut dan visi yang jelas.
Sebagai contoh tentara yang dikirim untuk menguasai tanah-tanah kita dengan tidak meninggalkan tempat tinggal mereka dengan tujuan untuk menangkap sedikitnya kurang lebih 100 pejuang Taaliban atau seorang seperti Saddam Husein, lebih jauh mereka mempunyai agenda besar yang tujuannya untuk menghancurkan aktivitas Islam dan untuk mengejar aktivis-aktifis Islam dimana akan lebih banyak lagi ancaman yang hanya disebabkan oleh kelompok kecil atau satu orang manusia. Mereka tidak akan pernah mengirim armada pasukan yang sangat besar yang bergabung dengan koalisi kekufuran seluruh dunia hanya untuk Saddam atau minyaknya. Allah swt. menginformasikan kepada kita bahwa mereka akan datang membunuh muslim-muslim dengan tujuan utama adalah mengeluarkan kita dari agama kita, menghancurkan kekuatan kita dan menangkap para ulama. Mereka mengetahui bahwa jika mereka menghilangkan para ulama mereka akan menghilangkan pemimpin umat dan pimpinan kaum muslimin, dan mereka akan meratakan jalan untuk kebodohan atau mengambil ulama-ulama gadungan untuk memimpin umat. Kalimatut taauhid, Laa ilaaha illallaah harus menjadi pendorong politik, mengajak manusia-manusia untuk melawan thogut dan tidak hanya berdiam diri di rumah.
Allah swt. berfirman :
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat, 51:56)
dan firman-Nya :
”sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah thoghut itu”. Maka diantara umat itu ada orang –orang yang diberi petunjuk oleh Allah swt. dan dan adapula diantara orang –orang yang pasti kesesatan baginya....” (QS. An-Nahl, 19:36).
Oleh karena itu prioritas yang harus dibangun adalah:
1.
Menawarkan kepada manusia untuk kembali beribadah pada Allah swt. dan tidak menyembah selain Allah swt. menjauhi thoghut dan syirik dan percaya pada Allah swt.
2.
Mengajak manusia untuk mendirikan khilafah, musuh-musuh yang harus diketahui adalah kekufuran bukan kapitalis atau sekuleris. Suatu hal yang sangat tidak mungkin menyeru menusia untuk bekerja mendirikan khilafah tanpa melawan thoghut sebagai langkah pertama.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. bersabda:
”Barangsiapa menyembah Allah swt. saja dan menolak penyembahan pada yang selain-Nya, maka hidupnya akan selamat”. (Muslim).
Menegakkan khilafah adalah fardhu dengan memberikan bai’at setiap individu muslim kepada seorang khilafah. Jadi terdapat Talazum (penyatuan yang tidak dapat dipisahkan) antara khalifah. Jadi kamu tidak akan mendapat yang satu tanpa yang satunya. Jika melihat sejarah Islam, umat selalu memprioritaskan mengangkat khalifah untuk menegakkan peraturan Islam. Ibnu Taimiyah, berkata bahwa masyarakat (orang–orang ) seharusnya mengerti bahwa memelihara urusan umat manusia adalah satu dari kewajiban-kewajiban terbesar dalam agamanya.....”
Terdapat banyak tindakan kejahatan yang ada pada saat ini, akan tetapi tidak ada pedang Islam yang tegak untuk menghentikan kejahatan-kejahatan tersebut seperti yang tidak terjadi pada masa lalu, saat Islam yang tegak berdiri untuk menghentikan kejahatan-kejahatan tersebut (saat Islam masih ditegakkan di muka bumi).
4. Senantiasa Saling Menasehati Sesama Muslim
Seorang muslim seharusnya selalu memberi nasehat antara satu dengan yang lainnya. Saling konsultasi, saling membantu dan saling menasehati akan membawa pada kebersamaan dan Persatuan. Ketika manusia mendapatkan malapetaka atau kerusakan mereka pasti akan membutuhkan bantuan, jika kamu dapat menolong mereka dan mengambil empati mereka, maka mereka akan mendengarkan kamu dan mengambil kamu sebagai kawan dikemudian hari, saat itulah kita arahkan ia kepada standar yang benar yaitu Islam.
Dengan melakukan cara ini, masyarakat akan tahu bahwa kamu perhatian terhadap mereka dan tidak hanya kelompok kamu. Jika menginginkan persatuan dari kaum muslimin, kita harus memberikan nasehat yang baik pada mereka. Salah satu nasehat yang bisa kita berikan adalah kamu seharusnya jangan pernah pergi ke masyarakat dan memberi tahu mereka bahwa mereka adalah orang yang menyimpang dan kamu adalah orang yang terbaik atau kamu adalah seorang pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan orang yang lainnya telah menyimpang. Jangan pernah membuat orang merasa rendah diri dan merasa sakit hati karena hal ini akan memperlengkap kehancuran mereka. Kita harus lebih sadar apa yang seharusnya kita lakukan. Sebagai awalnya buat mereka berpikir dan menyadari tugas mereka, beritahu mereka standar Islam dan menunjukkan pada mereka kekuatan kita adalah satu kekuatan, Islam musuhnya kafir. Para Da’i harus mempunyai kearifan sebagaimana Shahabat.Ibn Abbas ra. Yang berkata pada khawarij : “Mungkinkah Allah swt. meridhoi kamu, jika kamu salah”, mereka tidak pernah berbuat takfir (mengkafirkan) kepada mereka atau menyebut mereka adalah orang-orang yang menyimpang dimanapun mereka berada. Para Shahabat mengetahui bagaimana cara memberi nasehat pada orang dengan perkataan terbaiknya, menghindari untuk menampakkan banyak pesan yang picik pada orang-orang.
5. Menyeru Islam secara Keseluruhan
Jangan pernah membatasi seruan kamu hanya pada satu aspek dari Islam saja misalnya kamu hanya menyerukan sholat, khilafah, pernikahan, dll. Kamu tidak akan pernah bisa mendirikan khilafah jika ajaran kita digadaikan atau seperti mengasuransikan mobil kamu, mengikuti Islam hanya jika sesuai dengan kamu, menyerukan Islam sebagai jalan hidup bukan hanya untuk penegakan khilafah atau untuk aktivitas sholat saja. Nabi Muhammad saw. mengajarkan kepada Shahabat–Shahabat-nya keseluruhan agama ini (Islam).
Allah swt. berfirman dalam Al-Qur`an :
”Apa yang diberikan Rosul padamu maka terimalah dia dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah swt., sesungguhnya Allah swt. sangat keras hukuman-Nya”. (QS. Al-Hasyr, 59:7).
Oleh karena itu kita harus mengambil peraturan agama Islam secara keseluruhan seperti yang Allah swt. perintahkan kepada kita untuk mengambil apa saja yang Rasulullah Muhammad saw. berikan kepada kita, dan dia tidak hanya menerangkan kepada kita tentang khilafah atau tentang sholat.
Jika kamu hanya menghubungkan tauhid dengan ibadah (aktivitas ritual) seperti yang dilakukan oleh Talafies (kelompok Salafy di Saudi) maka kamu akan menjadi kelompok sekuler atau individu yang sekuler. Beberapa orang yang tekun hanya berbicara tentang tazkiyah, tauhid, jihad atau bahasan khilafah. Padahal kita tidak akan mencapai persatuan yang mengisolasi syariah atau memisahkan Islam kedalam politik dan spiritual (agama). Mereka adalah satu kesatuan dan tidak akan dapat dipisahkan.
Syaithon akan mendatangi kamu dari segala penjuru sampai batas mana yang akan membuat kamu sibuk dengan apa yang mereka rekomendasikan dan membuat kamu lupa akan kewajiban kamu agar dia akan meyakinkan kamu untuk meninggalkan sunnah masnun (seperti memelihara jenggot) dan membuat kamu sibuk dengan cara menyeru orang kepada Islam atau mendirikan sebuah khilafah. Allah swt. meminta kita untuk tidak seperti orang kristen yang mengambil sebagian dan menolak sebagian :
”Dan diantara orang –orang yang mengatakan,” Sesungguhnya kami orang–orang nasrani”, ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya.....” (QS. Al Maidah, 5 : 14).
6. Menyeru orang kepada Tauhid, walaa’ dan Baraa’ (aspek persaudaraan)
Kita harus memasukkan konsep Islam tentang persatuan di antara kaum muslimin (yaitu bahwa semua orang muslim adalah bersaudara) dan persaudaraan diantara orang kafir (yaitu bahwa orang-orang adalah satu saudara satu dengan yang lain). Menumbuhkan kecintaan di antara orang–orang yang beriman dan kebencian terhadap orang kafir yang akan membawa rasa persatuan dan akan menciptakan sikap optimisme dalam diri umat Islam terhadap orang kafir (bahwa kedudukan mereka yaitu orang –orang mukmin lebih tinggi dari orang–orang kafir ). Penyeruan pada kesatuan harus disertai dengan Al- walaa’ wal baraa’ dengan dukungan, cinta dan kesetiaan terhadap Allah swt., Islam dan kaum muslimin. Contoh yang sempurna dapat kita lihat ketika Sheik Usamah bin Laden membangkitkan umat muslim dengan mendeklarasikan rasa kebencian dan dendam di antara kaum muslim dengan orang –orang kafir. Semoga Allah swt. melindunginya.
7. Menyeru orang-orang untuk jihad
Jihad adalah perintah yang utama dan jalan yang utama untuk menebarkan Islam dan menyatukan dunia di bawah kepemimpinan Islam. Tujuan jihad adalah untuk menghancurkan semua bentuk kemungkaran, kekufuran, syirik, bid’ah dan hawaa’ dengan menghilangkan rezim kufur yang telah mendeklarasikan perang melawan Allah swt. Sejarah telah membuktikan bahwa jihad telah dijadikan sebagai metode untuk menyebarkan Islam sebagai menifestasi politik luar negeri negara Islam. Jihad adalah kewajiban atas semua kaum muslimin dan kita harus berhubungan dengan komunitas umat muslim di seluruh dunia untuk menegakkan jihad melawan para peserta perang salib. Allah swt. berfirman :
”Perangilah orang-orang yang tidak beriman pada Allah swt. dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah swt. dan Rosul-Nya dan tidak beragama demi agama yang benar (agama Allah swt.), (yaitu orang-orang ) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (QS.At-Taubah (9) : 29).
Kaum muslimin harus mengerti bekerja untuk menegakkan syari’ah adalah kewajiban besar yang berada di pundak mereka. Ini adalah jalan untuk Persatuan dan jalan menuju surga. Perhatian penting yang harus ditekankan bukan menyeru pada jama’ah mu tetapi kepada Islam dan jangan pernah meremehkan orang. Jika organisasi-organisasi Islam dan para da’i memegang poin yang telah disebutkan di atas, Insya Allah tahapan menuju persatuan akan segera terwujud tidak akan lama lagi. Amin.
Takbiir....!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar